Opini

Peran Teknologi Dalam Pendidikan di Era Globalisasi

3 Mins read

Sejuk.IDTeknologi merupakan hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi di dunia pendidikan. Oleh karena itu, penting untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Menurut Tondeur et al (Selwyn, 2011), teknologi digital saat ini digunakan di lembaga pendidikan sebagai alat informasi maupun alat pembelajaran, seperti penunjang kegiatan pembelajaran dan tugas.

Namun, karena teknologi merupakan buatan manusia, wajar jika memiliki kekurangan atau efek negatif. Di dunia pendidikan, teknologi tidak hanya memiliki sisi positif tetapi juga sisi negatif. Grew (Nikolopoulou 2010:28) menjelaskan bahwa di era globalisasi, peristiwa, keputusan, dan tindakan yang terjadi di satu tempat atau wilayah terkait dengan masyarakat secara keseluruhan. Pengertian globalisasi secara luas adalah proses pertumbuhan negara-negara industri (Amerika, Eropa, dan Jepang) melakukan ekspansi besar-besaran dan kemudian berusaha menguasai dunia melalui kekuatan teknologi, ilmu pengetahuan, politik, budaya, militer, dan ekonomi. Dalam ilmu ekonomi, globalisasi ekonomi berarti integrasi ekonomi nasional ke dalam ekonomi dunia atau global. Sementara itu, globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan nasional ke dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang dapat membantu peserta didik mengembangkan potensi diri secara aktif. Hal ini meliputi kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh individu, masyarakat, bangsa, dan umat, sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1:1. Pemerintah bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Setiap individu membutuhkan kecerdasan dalam menghadapi kehidupan.

Pendidikan dalam era globalisasi saat ini mengalami pergeseran paradigma terkait kepentingan suatu negara dari keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif didasarkan pada kekayaan sumber daya alam sedangkan keunggulan kompetitif didasarkan pada kepemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam situasi persaingan pendidikan nasional yang sangat tinggi, profesionalisme staf pelatihan menjadi hal yang penting. Guru juga menjadi variabel penting bagi keberhasilan pendidikan.

Perkembangan budaya kontemporer tidak terlepas dari pengaruh budaya bangsa lain yang menyebabkan munculnya proses akulturasi, yaitu pertukaran dan percampuran budaya. Tantangan dalam pendidikan adalah bahwa pembudayaan dapat dengan mudah berdampak negatif terhadap budaya, moral, dan etika anak.

Teknologi dapat meningkatkan pembelajaran melalui pemanfaatannya sebagai metode pembelajaran seperti multimedia interaktif. Namun, penggunaan teknologi dalam pembelajaran harus sesuai dengan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran dan guru harus mengontrol penggunaan teknologi selama proses pembelajaran agar teknologi tidak menjadi bumerang.

Masalah lain yang muncul adalah ketimpangan sosial yang semakin terlihat akibat pemanfaatan teknologi dalam pendidikan. Siswa yang sudah terbiasa dengan komputer dapat dengan mudah menggunakannya sebagai penunjang belajar untuk mencapai pengalaman belajar sebaik mungkin. Namun, bagi siswa yang belum terbiasa dengan komputer dan cara menggunakannya, pembelajaran mereka terfokus pada penggunaan komputer, bukan pada materi yang seharusnya dipelajari.

Teknologi juga dapat menggantikan guru, sehingga beberapa guru yang menerapkan pembelajaran daring meminta siswanya untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk pembelajaran secara mandiri di internet. Meskipun internet menyediakan semua informasi yang dibutuhkan siswa tentang materi, tidak semua informasi yang ada di dalam internet dapat menggantikan pengalaman belajar siswa dengan guru. Ada beberapa materi pembelajaran yang berhubungan langsung dengan peran guru sebagai panutan atau pemimpin, seperti etika dan materi pidato yang tidak dapat dibuat melalui internet.

Pendidikan dalam era globalisasi juga menghadapi tantangan dalam hal akulturasi. Perkembangan budaya kontemporer tidak terlepas dari pengaruh budaya bangsa lain, yang menyebabkan munculnya proses akulturasi, yaitu pertukaran dan percampuran budaya. Namun, di sinilah letak tantangan pendidikan, yaitu bahwa pembudayaan dapat dengan mudah berdampak negatif terhadap budaya, moral, dan etika anak.

Seiring dengan perkembangan teknologi, tentunya akan membawa perubahan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang pendidikan. Teknologi dapat meningkatkan pembelajaran melalui pemanfaatannya sebagai metode pembelajaran, seperti multimedia interaktif. Menurut Heinich et al. (2002), multimedia interaktif adalah media yang terdiri dari materi gambar, suara, dan video yang disajikan kepada siswa di bawah kendali komputer sehingga siswa tidak hanya melihat gambar dan mendengar suara, tetapi juga bereaksi secara aktif. Respon ini mempengaruhi kecepatan dan urutan penyajian materi pembelajaran.

Beberapa penelitian seperti Rahayuningrum (tt) dan Izzudin (2013) menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat meningkatkan pembelajaran yang ditandai dengan hasil belajar siswa. Namun, jika penggunaan teknologi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, atau guru tidak mengontrol penggunaan teknologi selama proses pembelajaran, maka teknologi dapat menjadi bumerang. Beberapa penelitian kuasi-eksperimental terpisah di sekolah menengah di Israel, Jerman, Belanda, dan Kolombia semuanya melaporkan tidak ada atau bahkan efek negatif antara jumlah penggunaan komputer dan hasil akhir pembelajaran (Angrist dan Lavy, 2002; Lauven et al. 2003, Fuchs). dan Woessmann, 2004, Barrera-Osorio dan Lindeno, 2009, Selwyn, 2011).

Masalah lain yang muncul adalah bahwa teknologi dapat meningkatkan pendidikan, namun juga dapat membuat ketimpangan sosial semakin terlihat. Siswa yang sudah memahami dan terbiasa dengan komputer dapat dengan mudah menggunakannya sebagai penunjang belajar untuk mencapai pengalaman belajar sebaik mungkin. Namun, bagi siswa yang belum terbiasa dengan komputer dan cara menggunakannya, pembelajaran mereka terfokus pada penggunaan komputer, bukan pada materi yang seharusnya dipelajari, yang dapat mengurangi keberhasilan belajar.

Masalahnya adalah teknologi dapat menggantikan guru. Dengan teknologi digital, pembelajaran dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan pada usia berapa pun. Internet menawarkan banyak informasi dari berbagai sumber yang dapat dengan mudah digunakan siswa untuk memperluas pengetahuan mereka tentang mata pelajaran tersebut. Beberapa guru yang menerapkan pembelajaran daring juga meminta siswanya untuk secara mandiri mencari informasi yang dibutuhkan untuk pembelajaran di internet.

Penulis : M. Hasdin (Mahasiswa Program Studi Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang)

 

767 posts

About author
Pemuda yang senang belajar dan berbagi dengan sesama.
Articles
    Related posts
    OpiniPolitik

    Waspada “Kelompok Agamis” : Menggembosi Aksi Mengawal Demokrasi

    4 Mins read
    Opini

    Literasi di Era Scrolling: Menemukan Makna di Tengah Informasi

    4 Mins read
    OpiniPolitik

    Senja Demokrasi Dinasti Jokowi

    5 Mins read

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *