Oleh: Dinda Septya Nurcanika*
Salah satu keunggulan Indonesia terletak pada keberagamannya, yang mencakup beragam agama, suku, ras, dan budaya di seluruh penjuru negeri. Istilah “Bhineka Tunggal Ika,” yang bermakna “Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Jua,” mencerminkan realitas bahwa Indonesia memiliki perbedaan dan keberagaman yang meliputi seluruh wilayahnya, mulai dari Sabang hingga Merauke.
Keberagaman ini bukan hanya suatu keadaan, melainkan anugerah yang patut disyukuri dan harus dijaga kelestariannya. Keberagaman Indonesia bukanlah hasil kebetulan semata, melainkan akumulasi dari perjalanan sejarah yang panjang. Sejak zaman dahulu, Nusantara telah menjadi tempat singgah bagi berbagai bangsa dari berbagai belahan dunia. Akibatnya, terjadi akulturasi budaya yang melahirkan kekayaan budaya yang sangat beragam.
Kepulauan Nusantara berada di posisi strategis, terletak di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia, serta di antara dua samudra, yaitu Hindia dan Pasifik. Lokasi geografis ini menjadikan wilayah ini sebagai titik pertemuan berbagai bangsa dan budaya dari berbagai penjuru dunia. Bangsa-bangsa yang tiba di Nusantara membawa serta kebudayaan masing-masing, menyumbang pada keragaman yang kaya dan unik.
Kebudayaan-kebudayaan ini kemudian berbaur dan beradaptasi dengan kebudayaan asli Nusantara, membentuk keanekaragaman budaya yang unik. Pada era kerajaan, keberagaman di Indonesia semakin berkembang; kerajaan-kerajaan di Nusantara memiliki wilayah yang luas dan beragam, sehingga masyarakatnya terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan bahasa. Salah satu kerajaan yang terkenal dengan keberagamannya adalah Kerajaan Majapahit. Berkuasa pada abad ke-14 dan ke-15 Masehi, wilayahnya meliputi sebagian besar Indonesia saat ini.
Kebhinekaan juga menjadi pendorong perjuangan kemerdekaan Indonesia. Para pejuang kemerdekaan menyadari bahwa bangsa ini terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan bahasa. Oleh karena itu, mereka berjuang untuk membentuk negara yang mampu menyatukan semua perbedaan tersebut. Setelah merdeka, kebhinekaan tetap menjadi tantangan, namun bangsa Indonesia membuktikan kemampuannya dalam menjaga persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan.
Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, menjadi panduan utama dalam menjaga keberagaman. Pancasila mengajarkan bahwa perbedaan adalah hal yang alami dan harus dihargai. Selain itu, Pancasila mendorong sikap toleransi dan saling menghormati terhadap perbedaan. Dengan semangat Pancasila, bangsa Indonesia berkomitmen untuk terus merawat keberagaman dan persatuan, dengan tujuan mewujudkan cita-cita bangsa yang adil, makmur, dan sejahtera.
Keberagaman Indonesia, sebagai kekuatan pemersatu bangsa, juga dapat menjadi modal utama dalam membangun negara yang kuat dan bersatu. Meskipun demikian, perlu diakui bahwa keberagaman ini bisa menjadi sebuah ancaman jika tidak dikelola dengan bijaksana. Untuk menjaga keutuhan bangsa dalam konteks keberagaman, kesadaran dan komitmen dari semua elemen masyarakat menjadi hal yang sangat diperlukan. Kesadaran ini harus tercermin dalam sikap saling menghormati, menghargai, dan toleransi antarindividu.
Penting bagi setiap warga negara untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang keberagaman Indonesia. Pemahaman ini dapat diperoleh melalui berbagai bentuk pendidikan, termasuk formal di lembaga pendidikan seperti sekolah dan kampus, serta informal maupun nonformal di luar lembaga pendidikan resmi.
Sikap saling menghormati dan menghargai merupakan kunci utama dalam menjaga kebhinekaan. Hal ini dapat diwujudkan melalui berbagai tindakan nyata, termasuk menghormati perbedaan agama, adat istiadat, ras, suku, dan budaya yang ada di masyarakat.
Toleransi, sebagai sikap yang penting dalam masyarakat yang majemuk, perlu dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini mencakup toleransi dalam beragama, toleransi terhadap perbedaan pendapat, dan toleransi terhadap perbedaan suku dan ras.
Peran pemerintah memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keberagaman Indonesia. Melalui kebijakan pendidikan, penyebaran nilai-nilai toleransi, dan penciptaan iklim yang mendukung keberagaman, pemerintah dapat menjadi pionir dalam memelihara harmoni di tengah perbedaan.
Keberagaman Indonesia bukan hanya sebuah realitas, tetapi juga merupakan kekayaan yang perlu dijaga kelestariannya. Dengan kesadaran dan komitmen dari seluruh elemen masyarakat, keberagaman Indonesia dapat menjadi kekuatan positif yang mendukung pembangunan negara yang kuat dan bersatu.
Keberagaman suku merupakan sumber kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa. Suku-suku di Indonesia, sebagai contoh, memiliki kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga lingkungan dan sumber daya alam. Di sisi lain, keberagaman agama juga menjadi sumber kekuatan dalam memelihara toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Contohnya, berbagai agama di Indonesia telah berkomitmen untuk menjaga kerukunan dan toleransi antar umat beragama.
Tak hanya itu, keberagaman juga memiliki potensi sebagai daya tarik pariwisata. Indonesia membanggakan keberagaman budaya yang unik dan menarik, menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara yang ingin menjelajahi kekayaan budaya di Indonesia. Penulis berpendapat bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara yang kuat dan maju berkat keberagamannya.
Namun, potensi tersebut harus diwujudkan melalui upaya-upaya untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Upaya-upaya tersebut harus dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan. Kebhinekaan dianggap sebagai aspek yang sangat penting dalam masyarakat saat ini. Meskipun terdapat tantangan dan perbedaan pendapat, menghargai keberagaman budaya, agama, dan pandangan dianggap sebagai langkah penting untuk membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.
Penulis yakin bahwa Indonesia dapat menjadi negara yang kuat dan maju dengan memanfaatkan keberagamannya. Hal ini dapat dicapai apabila seluruh elemen bangsa bersatu dan bekerja sama untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi negara yang lebih baik dengan mengutamakan nilai-nilai kebhinekaan.
*) Mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Fathan Faris Saputro