Sejuk.ID – Menjadi warga negara yang peduli tentu cita-cita seluruh masyarakat Indonesia. Rasa kepedulian terhadap segala hal merupakan landasan dasar setiap individu untuk mewujudkan keadilan baik sesama manusia maupun lingkungan.
Banyak diantara budaya modern memiliki dampak negatif seperti konsumerisme. Budaya ini memberikan tekanan akan jumlah konsumsi plastik yang semakin hari semakin meningkat, dilihat dari jumlah sampah pertahunnya Indonesia menyumbang 182,7 miliar kantong plastik dan mencapai 1.278.900 ton per tahun, dikutip dari making ocean plastic free.
Selain dampak buruk dari limbah plastik yang mencapai jumlah fantastis setiap tahunnya, adanya krisis iklim berkepanjangan memperburuk kondisi suatu negara bahkan dunia.
Maraknya pembukaan lahan menyebabkan jumlah hutan di Indonesia berkurang. Ditambah adanya bencana El Nino semakin mengikis kondisi hutan, terutama pada lahan gambut. El Nino menjadi pr besar untuk Indonesia. Dimana kenaikan suhu laut secara masif yang menyebabkan kekeringan, maka La Nina atau lawan dari El Nino adalah dimana dalam kondisi basah. Melihat sisi sejarah El Nino di Indonesia sudah pernah terjadi delapan kali dalam level rendah dan sudah terjadi 4 kali dalam level menengah.
Adanya bencana El Nino yang memicu kekeringan akan berdampak besar dalam berbagai sektor, seperti pertanian yang sulit mendapatkan air, peternakan yang dimana stok bahan pangan ternak berkurang akibat kekeringan panjang dampak dari El Nino.
Beberapa pakar melansir El Nino akan dimulai kemungkinan pada akhir september dan dapat mengubah pola iklim dan cuaca di penjuru dunia. Selama delapan tahun terakhir suhu di dunia memiliki capaian yang signifikan yaitu mencapai suhu terhangat. Capaian suhu terhangat juga bukan murni tunggal akibat El Nino tetapi juga dari efek rumah kaca. Bisa diketahui, bahwasannya atmosfer semakin menipis akibat emisi gas yang dilepaskan ke udara. Semakin menipisnya lapisan atmosfer dampak akibat efek rumah kaca akan jelas seperti, mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem, naiknya air laut dan perubahan iklim yang signifikan.
Beberapa bahaya dari efek rumah kaca sudah terlihat jelas di berbagai daerah pesisir yang sudah tidak dapat dihuni. Daerah pesisir menjadi sentral untuk cepat tenggelam dalam jangka waktu terdekat. Wilayah Cirebon yang berada di Klangenan, Kota Cirebon dan Gunung Djati mengalami penurunan muka tanah berkisar 0,28 sampai 4 centimeter per tahun.
Beralih di daerah pesisir utara seperti Semarang dan Pekalongan memiliki penurunan tanah antara 0,9 centimeter sampai 11 centimeter per tahun. Tentunya angka ini mejadi risiko besar bagi masyarakat pesisir yang tinggal di lingkungan tersebut, dapat dipastikan di masa mendatang rumah-rumah dekat pesisir akan tenggelam.
Pada tahun 2050 Kota Jakarta tenggelam bisa menjadi keniscayaan, adanya pembuatan gedung besar serta kompaksi lapisan tanah dapat mengikis tanah bagian dalam dan menyisakan rongga, rongga inilah yang membuat muka tanah turun. Semakin menurunnya muka tanah resiko ancaman banjir rob juga semakin besar.
Dampak besar banjir rob akan sangat terasa apabila telah mencapai pusat Kota Jakarta, kerugian ekonomi ditaksir mencapai angka besar atau Rp 2.361 triliun dan juga menyebabkan hilangnya lapangan pekerjaan. Sebesar 1,5 juta lapangan pekerjaan akan hilang akibat perpindahan secara paksa ke daerah yang aman dari bencana banjir rob.
Pencegahan bahaya yang ditimbulkan oleh banjir rob juga harus diatasi dengan kecakapan pemerintah setempat. Membuat regulasi pemanfaatan air tanah dapat mengurangi risiko pengikisan lapisan tanah, serta pengelolaan tata ruang dengan baik.
Apabila telah berupaya dalam bentuk mitigasi dan regulasi telah disiapkan perlu adanya upaya sosialisasi terhadap masyarakat sekitar akan bahayanya banjir rob dan pengikisan tanah. Masyarakat tanggap dengan bencana sekitar akan paham bahaya serta penanggulangan yang harus dilakukan. Mengenai sejumlah ancaman iklim di Indonesia selain El Nino serta efek rumah kaca, terdapat bahaya yang ditimbulkan karena adanya aktifitas pertambangan terutama batu bara. Dalam segi kesehatan seseorang dapat terjangkit beberapa penyakit yang ditimbulkan aktifitas pertambangan batu bara seperti cedera dan penyakit jangka panjang.
Efek penyakit jangka panjang akibat aktifitas batu bara antara lain adalah gangguan pernafasan seperti pneumokoniosis, asbestosis dan silikosis dikutip dari Conserve Energy Future.
Maka dari itu, sejumlah orang atau warga yang berada di area pertambangan batu bara akan memiliki risiko kematian yang tinggi. Lingkungan menjadi sasaran utama dampak negatif aktifitas pertambangan. Efek peledak dan bahan kimia menjadikan lingkungan sekitar tambang batu bara menjadi tercemar, menyebabkan erosi dan menghilangkan habitat asli hewan dan tumbuhan di sekitarnya. Juga adanya transfer racun antara hewan satu dengan hewan lainnya.
Tarkait pembangunan PLTU batubara baru yang ada di Kalimantan Utara. Apabila Adaro Energi akan tetap membangun PLTU batubara baru maka dampak krisis iklim akan semakin memburuk.
Alih-alih transisi energi Adaro malah menggunakan energi kotor batubara yang digunakan untuk menyuplai smelter alumunium baru mereka. Sudah saatnya untuk tidak mencederai proses transisi energi guna kehidupan masyarakat berkelanjutan. Energi fosil dan batubara dengan seiring waktu akan habis apabila terus ditambang dan digunakan. Sebagai masyarakat Indonesia sudah sepantasnya menjaga lingkungan dan menyuarakan hak-hak terkait kepedulian lingkungan demi terwujudnya wawasan Indonesia sehat
Penulis : Faisal Muqorrobin (Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang)