Oleh: Muhammad Bangkit Priyambodo (Peserta Sekolah Tabligh Angkatan II Wonosobo)
SEJUK.ID – Shalat adalah ibadah utama dalam Islam yang memiliki kedudukan istimewa dalam kehidupan seorang Muslim. Sebagai tiang agama, shalat tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga bukti nyata tingkat keimanan seseorang kepada Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikannya, maka ia telah menegakkan agama, dan barang siapa meninggalkannya, maka ia telah merobohkan agama.” (HR. Baihaqi).
Melalui shalat, seorang hamba menjaga hubungan dengan Tuhannya, membersihkan jiwa, dan memperkuat keimanan. Shalat juga menjadi benteng kokoh yang melindungi seorang Muslim dari kehancuran moral, keraguan iman, dan bisikan setan. Keistimewaan shalat terletak pada perintah langsung dari Allah kepada Rasulullah ﷺ saat peristiwa Isra dan Mi’raj, sebagaimana firman Allah:
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (QS. Thaha: 14).
Shalat adalah bentuk ibadah yang menghubungkan hamba dengan Allah. Ketika seorang Muslim melaksanakan shalat, ia berdiri, rukuk, dan sujud di hadapan Sang Pencipta. Hubungan langsung ini memperkuat iman, memperbarui komitmen terhadap ajaran Islam, dan menanamkan ketundukan total kepada Allah. Selain itu, shalat menjadi pengingat rutin bagi seorang Muslim untuk kembali kepada Allah di tengah kesibukan duniawi, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 103).
Shalat yang dilakukan dengan penuh kekhusyukan menanamkan rasa takut kepada Allah dan memperkuat hubungan spiritual seorang hamba dengan-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seorang hamba paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang bersujud. Maka, perbanyaklah doa dalam sujud.” (HR. Muslim).
Shalat bukan hanya ritual ibadah, tetapi juga memiliki dampak langsung dalam kehidupan seorang Muslim. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45).
Ayat ini menunjukkan bahwa shalat memiliki kekuatan untuk melindungi seorang Muslim dari dosa dan perilaku buruk. Ketika shalat dilakukan dengan benar, ia melatih seorang Muslim untuk menahan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Rutin melaksanakan shalat juga membangun kedisiplinan, menjaga kebersihan, dan menghindarkan dari perbuatan dosa karena kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi.
Keutamaan lain dari shalat adalah menjadi sandaran ketika menghadapi masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari ujian dan cobaan. Dalam menghadapi tantangan, shalat menjadi sarana mencari pertolongan dan ketenangan dari Allah. Firman-Nya:
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 45).
Shalat juga membangun konsistensi dalam keimanan. Allah memuji orang-orang yang menjaga shalatnya dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS. Al-Mu’minun: 9).
Konsistensi mendirikan shalat menunjukkan ketundukan total kepada Allah dan keteguhan dalam menjalankan agama. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Hal pertama yang akan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Namun, jika shalatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi).
Shalat mencerminkan kualitas keimanan seseorang. Firman Allah:
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang khusyuk dalam shalatnya.” (QS. Al-Mu’minun: 1-2).
Kekhusyukan dalam shalat memancarkan cahaya iman yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan. Shalat juga berfungsi sebagai sarana membersihkan dosa-dosa kecil, menjaga jiwa tetap suci di hadapan Allah, dan melatih kedisiplinan.
Sebagai Muslim, kita harus menyadari bahwa shalat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga kebutuhan rohani yang menjadi penopang keimanan. Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang senantiasa menjaga shalat dan memperoleh keberkahan darinya.