ArtikelOpini

Pentingnya Agama Era Modern

6 Mins read

(Sumber Gambar: Redaksi SEJUK.ID)

Segala bentuk ilmu pengetahuan, sesungguhnya adalah bersumber dari Allah SWT, karna tujuan dari suatu ilmu pengetahuan tersebut adalah untuk mengetahui suatu kebenaran dan sumber segala kebenaran dari Allah SWT termasuk kebenaran atas realitas-realitas ilmu pengetahuan, dengan demikian bahwa al-Qur’an dan sunnah adalah merupakan sandaran dari ilmu-ilmu yang ada di muka bumi ini, meskipun sebagian orang-orang mengklaim bahwa tidak semua ilmu yang ada sekarang ini bersandar pada keduanya. Terlepas dari sumber ilmu pengetahuan ini, yang merupakan suatu masalah yang sedang dihadapi oleh pendidikan Islam masa kini adalah tentang persoalan pemisahan ilmu pengetahuan agama dari ilmu umum.

Pentingnya, ilmu agama bersifat fardhu ‘ain (kewajiban person) sedangkan ilmu-ilmu umum sebagai fardhu kifayah (kewajiban semua yang apabila satu saja mengetahu sudah selesai kewajiban tersebut) sehingga zaman dahulu banyak orang yang lebih menfokuskan diri untuk belajar ilmu-ilmu agama daripada ilmu-ilmu umum. Namun seyogianya Islam tidak pernah menyatakan tentang dikotomi1 ilmu pengetahuan dan agama. Ilmu Pengetahuan dan agama adalah satu totalitas yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sebab manusia diberikan oleh Allah SWT akal untuk mengkaji dan menganalisis apa saja yang ada di alam ini sebagai pembelajaran untuk manusia sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama adalah satu kesatuan yang saling terkait yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Pada kurun waktu satu abad terakhir kemajuan sains dan teknologi telah mencapai loncatan yang tinggi. Kemajuan ini telah merubah sejumlah instrumen (peralatan) kehidupan manusia dari yang tradisonal ke modern, serta merubah paradigma pemikiran mereka, dari hal-hal yang bersifat abstrak menuju konkrit. Di satu sisi ilmu pengetahuan dan teknologi turut mendorong efektivitas dan efisiensi kerja. Namun, di sisi lain, pemanfaatan produk-produk yang ada pada manusia, tidak jarang hanya didasarkan pada kekuatan akal yang tidak tunduk pada kekuatan iman.

Kloning pada manusia, penggunaan Ibu pengganti (surrogacy), aborsi, rekonstruksi genital (operasi ganti kelamin), industri pornografi dan lain-lain telah menjadi fenomena yang seolah lumrah serta meruntuhkan entitas dan eksitensi manusia sebagai homo religious. Bahkan, di akhir abad 20 pernikahan sejenis antara laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan, telah legal dan terus meluas di beberapa negara, seperti: Belanda, Amerika dan Taiwan (Nugraha, M. T., 2019). Lebih lanjut, Ngafifi, M. (2014) berpendapat bahwa dunia modern telah mengukir kisah sukses secara materi, namun tidak cukup memberi bekal hidup yang kokoh bagi manusia, sehingga, banyak diantaranya justru cenderung tersesat dalam kemajuan dan kemodernannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Muhammad AR (2016) menyatakan bahwa salah satu dampak era globalisasi adalah merosotnya moral generasi muda Islam, di mana banyak umat Islam yang sudah mulai kering dari nilai-nilai akhlak Islam dan berganti kepada nilai-nilai rendah yang indah dipandang mata, nikmat dirasakan badan namun jauh dari nilai-nilai keimanan.

Lebih lanjut, teks-teks suci juga telah memperingatkan dengan bukti-bukti kebenarannya, tentang peristiwa-peristiwa keruntuhan peradaban-peradaban canggih di masanya. Sebut saja Kaum Ad, Tsamuth, Pompei, Sodom, serta banyak negeri lainnya, yang hancur justru karena kesalahan manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana terdapat dalam firman Allah Subahanahu wa ta’ala: Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia.Supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.(QS. Ar-Rum (30): 41).

Berdasarkan ayat di atas, dapat ditafsirkan bahwa manusia memiliki potensi berupa tabiat untuk berperilaku destruktif atau vandal terhadap alam. Tetapi pada sisi yang lain, manusia juga mampu untuk melakukan konservasi dan budidaya terhadap alam dan lingkungannya. Jika ditinjau dalam pandangan behavioristik, manusia cenderung dapat beradaptasi terhadap alam dan bersedia mengambil pembelajaran dari apa yang telah terjadi di kehidupan lalu. Hal ini berarti ilmu pengetahuan dan teknologi memang telah memberikan wajah baru bagi manusia sebagai khalifah di muka bumi. Tetapi, jika hal tersebut tanpa didasarkan pada nilai-nilai agama, maka ilmu pengetahuan beserta segenap komponennya, bukan tidak mungkin menjadi boomerang, yang akan menghancurkan diri manusia itu sendiri.

Dampak Teknologi-Sains Modern

Hasil penelitian Ariyanik, S. & Suhartini, E. (2012) mengungkapkan bahwa penyalahgunaan teknologi, khususnya yang terjadi di bidang informasi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan kenakalan remaja. Selain itu, menurut Astuti, A. P., & Rps, A. N. (2018) dalam pembahasannya mengemukakan bahwa dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi antara lain adalah: 1) Ketergantungan, 2) Violance and Gore (kekejaman dan kesadisan), 3) pornografi, dan 4) Antisocial behavior.

Berdasarkan sejumlah pemaparan di atas, muncul kecemasan dari kaum cerdik pandai terhadap dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan Teknologi. Kecemasan ini melahirkan berbagai upaya menangkal dampak buruk yang diakibatkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk salah satunya dengan menghadirkan kembali agama di era post-modern melalui integrasi ilmu pengetahuan dan agama.(Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan. Vol. 17 No. 1, April 2020. Muhamad Tisna Nugraha: Integrasi Ilmu dan Agama: Praktik Islamisasi Ilmu Pengetahuan Umum di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Hlm 29-30).

Kemajuan dunia semakin lama semakin berkembang-terjadi banyak perubahan-yang artinya menuntut semua pihak untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan yang ada, khususnya era society 5.0 (human-centered) yang berfokus pada manusia dan berbasis teknologi, sebagai respon atas era industri 4.0 (artificial intellegent). Relevansi penafsiran agama dalam merespon perkembangan sosial yang begitu masif dan dinamis menjadi suatu tuntutan. Agama akan tersingkirkan dan kehilangan pengaruh jika kesulitan atau bahkan gagal mengatasi perkembangan sosial yang ada.

Integrasi keilmuan merupakan paradigma keilmuan baru yang dikembangkan di Universitas Islam. Integrasi ilmu diharapkan menjadi alternatif untuk mengakhiri dikotomi ilmu yang disinyalir menjadi salah satu penyebab kemunduran peradaban ilmu pengetahuan Islam, (Scientific integration is a new scientific paradigm developed in the Islamic University. Integration of science is expected to be an alternative to end the science dichotomy which is allegedly one of the causes of the decline of Islamic scientific civilization). Islam sebenarnya lebih dari sekedar agama tetapi peradaban yang sempurna. Islam mengajarkan bagaimana membentuk kebudayaan dan proses menuju peradaban lebih lanjut dalam perkembangan kehidupan manusia, (Islam is actually more than just a religion but a perfect civilization. Islam teaches how to form a culture and the process towards further shaping civilization in the development of human life).

Pentingnya Agama dalam Sains

Fauzi Fahmi dan Aam Badriyatul Hamdiyah. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. POTRET ISLAM SEBAGAI AGAMA DAN PERADABAN MODERN. Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman (2020).(Hasil penelitian menunjukkan antara lain: 1) Pengaruh Islam sebagai agama yang memiliki konsep aturan sehingga harus diimplementasikan dalam kehidupan manusia untuk mencapai peradaban yang sempurna. 2) Faktor perkembangan suatu peradaban a) Pandangan Islam terhadap kehidupan sebagai landasan membangun peradaban Islam, b) Perkembangan ilmu pengetahuan, c) Stabilitas sosial dan politik. Kemudian beberapa faktor kemunduran suatu peradaban a) Kezaliman dan ketidakadilan, b) Perpecahan dan perselisihan, c) Kebobrokan moral).

Muhamad Tisna Nugraha:  Integrasi Ilmu dan Agama: Praktik Islamisasi Ilmu Pengetahuan Umum di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan. (2020).  Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa 1) Integrasi ilmu pengetahuan dan agama dilaksanakan dengan interprestasi yang berbeda-beda di masing-masing PTKI, 2) Persentase muatan pendidikan umum dan agama belum dapat dikatakan proporsional dengan kebutuhan PTKI. 3) Tidak diketahui secara pasti jumlah praktik integrasi di bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat oleh dosen dengan bidang keahlian umum dan dosen bidang keahlian agama, maupun kolaborasi antar keduanya serta standar aturan ketercapaian hal tersebut.

Penelitian Hasir Budiman Ritonga Dosen Pada Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan. HUBUNGAN ILMU DAN AGAMA DITINJAU DARI  PERSPEKTIF ISLAM. Dalam Jurnal Al-Maqasid Jurnal Kesyariahan dan Keperdataan. (2019). (Kini, agama seakan mulai disingkirkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan berkembang isu di masyarakat bahwa agama akan disingkirkan dari pendidikan formal. Padahal para ilmuwan sangat meyakini bahwa ilmu jika tidak disertai dengan agama akan buta, demikian pula agama jika tanpa ilmu niscaya akan lumpuh. Dua titik masuk ini menunjukkan betapa pentingnya agama untuk menyimbolkan sains dan juga sains sangat dibutuhkan untuk praktik keagamaan. Maka dalam tulisan ini penulis mencoba mengungkap secara detail tentang hubungan antara sains dan agama dalam pembahasan berikut ini).

Slamet, Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Yamisa Soreang. AS-SALAM. KONSEP INTEGRASI ILMU DAN AGAMA. JURNAL ILMIAH Ilmu-Ilmu Keislaman. (2019).(Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Gagasan integrasi tidak mewakili dua aliran pemikiran pertama, konflik dan kemandirian, tetapi mewakili dua aliran pemikiran terakhir, dialog dan integrasi. Meski sama-sama penggagas integrasi, bentuk dan model integrasi yang ditawarkan bisa beragam dan beragam. Ada beberapa model integrasi yang telah dicoba dan dikembangkan di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Di era sekarang, ilmu yang dibangun harus merupakan integrasi yang saling terkait satu sama lain antara hadharat al-nashsh, hadharat al-`ilm, dan hadharat al-falsafat (interconnected entity). Etos keilmuan yang menekankan interdisipliner, kepekaan, dan keterkaitan antara berbagai disiplin ilmu umum dan agama).

Kesimpulan

Masyarakat modern, melihat segala sesuatu dari sudut pandang pinggir eksistensinya tidak pada pusat spiritualitasnya sehingga mengakibatkan ia lupa siapa dirinya dengan apa yang dilakukannya saat ini, mereka mendapat pengetahuan dunia material yang secara kuantitatif sangat mengagumkan tetapi secara kualitatif ternyata sangat dangkal. Ilmu dan agama, merupakan dua hal penting bagi manusia untuk dapat menjalani hidup dengan baik dan bermartabat, baik selaku pribadi, makhluk Allah SWT dan sebagai masyarakat, sebab ilmu dan agama memberikan tuntunan agar setiap insan manusia dapat berperilaku, bermasyarakat, berbangsa, bernegara secara benar. Sebenarnya, agama dan ilmu sudah punya batasan yang sangat jelas akan tetapi terdapat hubungan dan ketergantungan timbal balik yang amat kuat di antara keduanya, agama menentukan tujuan tetapi agama belajar dari ilmu tentang cara-cara apa yang akan menyumbang pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya. Sementara ilmu hanya dapat diciptakan oleh mereka yang telah terilhami oleh aspirasi terhadap kebenaran dan pemahaman.

Kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya menghasilkan produk penemuan yang canggih, melainkan juga berdampak pada pergesaran cara pandang manusia terhadap nilai-nilai kehidupannya. Perubahan ini tidak hanya berdampak positif, tetapi juga menjadi hambatan yang ditandai dengan degradasi moral, serta marginalisasi peran agama dalam kajian keilmuan maupun praksis dalam keseharian.

Akhirnya, bahwa Islam sebagai agama yang menjadikan pandangan hidup bagi manusia. Dengan demikian orang yang beragama akan teratur dalam kehidupannya. Islam sebagai sebuah agama yang memiliki konsep aturan sehingga harus dilaksanakan dalam kehidupan manusia untuk mencapai sebuah peradaban yang sempurna. Islam mengajarkan bagaimana untuk membentuk sebuah kebudayaan dan proses menuju lebih lanjut membentuk peradaban dalam perkembangan kehidupan manusia. Agama sangat penting era modern saat ini, sebagai sumber ilmu pengetahuan dan petunjuk hidup dan inspirasi manusia dalam mengarungi kehidupan era modern. Agama sebagai sumber nilai moralitas, dan norma manusia dalam berinteraksi sosial ditengah lingkungan keluarga dan masyarakat. Juga, Agama selain sumber ilmu dan moral, juga sebagai spirit manusia dalam membangun, menata dan mewujudkan kondisi sosial masyarakat beragama dan bernegara yang lebih baik, beradab dan berkemajuan.

34 posts

About author
Penulis adalah Alumnus Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang.
Articles
Related posts
OpiniPolitik

Waspada “Kelompok Agamis” : Menggembosi Aksi Mengawal Demokrasi

4 Mins read
Artikel

Menyikapi Tanda-Tanda Kiamat dengan Kesadaran dan Perubahan

2 Mins read
Opini

Literasi di Era Scrolling: Menemukan Makna di Tengah Informasi

4 Mins read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *