Sejuk.ID – MAARIF Institute bekerjasama dengan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, menyelenggarakan acara peluncuran dan diskusi Jurnal MAARIF Vol. 18 No. I Juni 2023 dengan tema “Mewarisi Legacy Ahmad Syafii Maarif: Keislaman, Keindonesiaan, dan Kemanusiaan”. Acara ini berlangsung di ruang sidang Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA) dan dihadiri oleh sejumlah narasumber ternama.
Acara yang dihadiri oleh lebih dari seratus peserta dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, mahasiswa, aktivis, dan masyarakat umum, merupakan bagian dari peringatan satu tahun wafatnya Buya Syafii, sekaligus menyambut dua dekade MAARIF Institute. Diskusi dan peluncuran jurnal ini bertujuan untuk meneruskan pemikiran dan warisan intelektual Buya Syafii yang berfokus pada toleransi, keberagaman, dan merangkul perbedaan.
Rektor UHAMKA, Prof. Dr. Gunawan Suryoputro, menyambut baik kerjasama ini dan menyatakan bahwa warisan yang ditinggalkan oleh Buya Syafii sangat penting untuk dilanjutkan oleh generasi selanjutnya. Menurutnya, pemikiran, gagasan, dan sikap hidup Buya Syafii yang penuh kesederhanaan dan keteladanan perlu dijadikan acuan dalam membangun Indonesia yang lebih baik.
Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd. Rohim Ghazali, dalam sambutannya menyampaikan bahwa MAARIF Institute telah berusaha merealisasikan gagasan besar Buya Syafii dalam konsep keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan selama dua dekade terakhir. Dia juga menekankan bahwa selain mewarisi pemikiran-pemikiran brilian Buya Syafii, generasi muda juga harus mewarisi keteladanan dan kesederhanaannya.
Dalam diskusi tersebut, narasumber pertama, Prof. Dr. Yunan Yusuf, mengungkapkan kekagumannya terhadap Buya Syafii, terutama dalam kecintaannya yang luar biasa terhadap Muhammadiyah dan bangsa. Buya Syafii dikenal sebagai sosok yang berani dan kritis dalam menerobos konvensi politik dan agama. Sebagai guru bangsa, pemikiran Buya Syafii mencakup aspek keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan.
Narasumber kedua, Ai Fatimah, mendorong para generasi muda untuk membaca dan memahami pemikiran Buya Syafii tentang keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Ia menekankan pentingnya mengikuti jejak langkah beliau dalam intelektualitas, keteladanan, kesederhanaan,
dan kesediaan untuk bergaul dengan semua kalangan. Menurut Ai Fatimah, tanggung jawab moral kita sebagai pewaris adalah tidak hanya mengenang, tetapi juga melanjutkan pemikiran-pemikiran Buya Syafii.
Selanjutnya, David Krisna Alka, kontributor Jurnal MAARIF, menekankan bahwa ide dan gagasan yang dikembangkan oleh MAARIF Institute secara erat terkait dengan peran Syafii Maarif sebagai kader dan pimpinan Muhammadiyah. Muhammadiyah, sebagai organisasi Islam di Indonesia, dikenal sebagai gerakan modernis moderat yang aktif dalam mempromosikan pemikiran Islam inklusif, berdakwah, dan melakukan berbagai aksi sosial untuk kemajuan umat.
MAARIF Institute, sebagai bagian dari Muhammadiyah, fokus pada upaya memperjuangkan pembaruan pemikiran Islam dalam konteks gerakan Muhammadiyah. Institusi ini berkomitmen untuk mengembangkan pemikiran Islam yang moderat, terbuka, dan inklusif, sejalan dengan nilai-nilai universal kemanusiaan.
Acara peluncuran Jurnal MAARIF ini mendapat sambutan hangat dari para peserta yang hadir. Diskusi yang berlangsung memperkaya pemahaman tentang warisan intelektual Buya Syafii dan memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk melanjutkan perjuangan dalam membangun Indonesia yang lebih toleran, berkeadilan, dan berdikari.
Dengan menggali pemikiran dan nilai-nilai yang ditinggalkan oleh Buya Syafii Maarif, MAARIF Institute dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA berharap dapat melahirkan generasi yang memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan. (*)