Opini

Kekurangan Menjadi Sebuah Kesempurnaan

3 Mins read

Sejuk.ID“Manusia di bumi ini terlalu sibuk bicara akan kekurangan, sampai lupa bahwa setiap manusia sudah memiliki porsi masing-masing dalam berbagai sisi. Seharusnya, manusia menyadari bahwa Allah itu jauh lebih tahu apa yang manusia butuhkan bukan hanya sekedar apa yang manusia inginkan. Setiap manusia diciptakan memiliki tujuan yaitu beribadah kepada Allah, dan sebaik-baiknya seorang manusia ialah yang bermanfaat bagi orang lain”.

Seorang penyandang stabilitas, dengan kondisi langka yang dikenal sebagai Caudal Regression Syndrom, yang menyebabkan ia terlahir tanpa bagian bawah tubuh dan ia membutuhkan kursi roda untuk beraktivitas. Pemuda ini berasal dari Qatar yang bernama Ghanim Al-Muftah. Ia berhasil mencuri perhatian pada pembukaan atau Opening Ceremony Piala Dunia 2022. Pemuda disabilitas ini mencuri perhatian banyak masyarakat dunia setelah ia meyuarakan toleransi antar bangsa.

Dalam acara pembukaan Piala Dunia Qatar 2022, dia bersama aktor dunia yaitu Morgan Freeman. Pada momen itu mereka saling berbincang tentang kemanusiaan, rasa hormat, dan inklusi. Ghanim Al-Muftah membacakan sepotong Ayat Suci Al-Qur’an dan membuat suasana di dalam Stadion saat itu menjadi lebih khidmat.

Ghanim Al-Muftah ini adalah seorang Brand Ambassador Piala Dunia Qatar 2022. Meskipun ia terlahir dengan suatu kelainan fisik yang sangat langka, ia tidak menyerah atau membiarkan hidupnya hanya sekedar berjalan mengikuti arus tanpa perubahan. Akan tetapi, dia terus belajar dan belajar tentang banyak hal. Sehingga, dia mampu menjadi seorang yang bisa menyadarkan manusia lainnya akan takdir Allah itu tidak pernah salah.

Ghanim tidak membiarkan hal yang terjadi pada dirinya adalah suatu alasan untuk menghambat cita-citanya di dalam kehidupan. Dia telah belajar bagaimana cara untuk mengatasi rintangan dalam berbagai situasi, dan dia terus melatih dirinya untuk bisa beraktivitas tanpa menggunakan kursi roda.

Ghanim mendapatkan didikan yang sangat luar biasa dari kedua orang tua yang luar biasa hebat. Dengan didikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya ini, dapat menjadikan Ghanim menjadi sosok yang tangguh dan membuktikan kepada manusia lain, bahwa kekurangan bukanlah menjadi penghalang untuk membentuk atau menciptakan sebuah karya.

Ada banyak hal yang Ghanim tunjukkan kepada masyakarat bahwa manusia dengan kekurangan bisa menjadi sosok yang bermanfaat untuk manusia lainnya. Diantaranya adalah ia pernah menjadi pembicara di TedTalk, dia juga pernah didapuk PBB sebagai pembicara termuda. Bahkan, dia aktif melakukan olahraga yang cukup ekstrem. Dia juga memiliki usaha yang dia dirikan sediri yaitu perusahaan Ice Cream Gharissa, Asosiasi Ghanim, dan yayasan Ghanim Al-Muftah (Tioandrus, 2022).

Ghanim juga merupakan sosok motivator, penulis, selebgram dan bergerak di bidang filantropi. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa dia di anggap sebagai sosok yang inspiratif. Walaupun ditengah keterbatasan yang ia miliki, dia mengatakan bahwa Allah telah memberikan sebuah keberkahan yang sangat luar biasa pada dirinya. Kedua tangannya yang kokoh, yang mampu menguatkannya untuk menjalankan setiap aktivitas yang dia jalani.

Pemuda ini seolah memiliki masalah kesehatan yang tak berujung. Dia harus melewati banyak operasi, memiliki masalah organ dalam tubuh, masalah pernfasan, masalah pertumbuhan dan keterbatasan dalam gerakannya. Akan tetapi, Ghanim juga tetap aktif membagikan konten motivasi melalui YouTube dan Instagram pribadinya di tengah tubuhnya yang lemah (Cahyani, 2022).

Ghanim memiliki sebuah prinsip dalam hidupnya untuk tidak mudah menyerah. Bahkan dalam bidang pendidikan pun, tetap ia tempuh dengan sepenuh hati dan jiwa. Saat ini dia sedang mengejar gelarnya di sebuah Universitas, dia mengambil jurusan Ilmu Politik dengan tujuan suatu saat nanti dia ingin mewujudkan cita-citanya di masa depan yaitu menjadi Perdana Menteri di Qatar.

Dalam kisah hidupnya, dia memiliki kisah yang sangat unik yaitu, dia seringkali pergi ke Rumah Sakit bersama ibunya. Bukan untuk berobat, tapi dia datang untuk memberikan hadiah kepada anak-anak yang sakit disana. Sungguh baik hatinya dan ia sungguh menjadi sebuah inspiratif bagi masyarakat lain. Hal-hal yang menimpa pemuda ini membuat banyak masyarakat menganggap bahwa ini adalah suatu musibah, suatu kesulitan. Akan tetapi, menurut Ghanim hal ini adalah tantangan bagi dirinya, bahkan dia merasa bahwa hidupnya itu sangat indah dengan adanya hal ini.

Sebuah kisah ini membuat penulis dan pembaca teringat akan sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad. Rasulullah SAW pernah bersabda : “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk manusia yang lain.” Ingatlah, di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tapi, yang membuat manusia menjadi sempurna adalah bagaimana bermanfaatnya dia untuk orang lain.”

Kita berjalan cukup jauh sampai detik ini, berjalan menyusuri waktu yang mana kita sendiri tidak tahu kapan berakhirnya. Karena ini semua tentang Ilmu Allah, kita sebagai manusia hanya bisa berencana dan berusaha yang optimal.

Mungkin sudah saatnya bagi masyarakat, untuk menyadari bahwa dunia berjalan perlahan dan kita sebagai hamba-Nya harus menikmati setiap inchi kehidupan yang Allah berikan. Mungkin juga sudah seharusnya masyarakat dunia bergerak untuk tidak hanya mengejar mimpi semata, namun bergerak untuk sebuah kebermanfaatan. Karena, di dunia ini kita tidak hidup sendirian.

Ingat, hidup ini hanya sekali. Maka, hiduplah untuk menjadi seorang yang berarti bagi manusia lain. Manusia tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia nya, tak ada yang tahu dimana akan dimatikan, apalagi dalam keadaan yang seperti apa. Tidak ada yang bisa menjamin detik ini, hari ini, nanti, esok atau lusa seorang insan masih bernafas dengan tenang.

Mari, selagi ada waktu berbuat baiklah untuk sesama, tebarkanlah kebaikan seluas samudera, jadilah sosok yang lurus dan jadilah sosok yang membawa kebermanfaatan untuk orang lain terutama bagi kedua orang tua. Manusia ditakdirkan lahir untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, dan hidup akan menjadi berkualitas apabila orang lain merasakan bahwa sebuah keberadaannya itu membawa sebuah manfaat bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

Penulis : Rivisya Shafa Oceanda (Mahasiswi Semester Satu Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang)

767 posts

About author
Pemuda yang senang belajar dan berbagi dengan sesama.
Articles
    Related posts
    OpiniPolitik

    Waspada “Kelompok Agamis” : Menggembosi Aksi Mengawal Demokrasi

    4 Mins read
    Opini

    Literasi di Era Scrolling: Menemukan Makna di Tengah Informasi

    4 Mins read
    OpiniPolitik

    Senja Demokrasi Dinasti Jokowi

    5 Mins read

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *