Sejuk.ID – Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dari mulai lahirnya manusia senantiasa belajar hal-hal terjadi di sekitarnya, hingga manusia lanjut usia bahkan sampai meninggal dunia.
Dengan beriringnya zaman, Banyak permasalahan yang sering terjadi di dunia Pendidikan contohnya Kurikulum menjadi isu penting dalam Pendidikan, karena kurikulum harus memenuhi kebutuhan siswa dan menyiapkan mereka untuk masa depan. Kurikulum yang tidak memadai dapat berdampak negatif pada hasil belajar siswa dan mempersulit akses siswa ke perguruan tinggi dan karir yang diinginkan.
Kurikulum harus memperhatikan pengembangan keterampilan siswa seperti keterampilan berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan kreativitas. Pengembangan keterampilan siswa salah satu factor utama dalam pendidikan. Melalui pengembangan keterampilan siswa, mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam berbagai bidang dan mempersiapkan diri untuk sukses di masa depan. Beberapa masalah yang terkait dengan kurikulum ini menyebabkan siswa susah untuk berposes seperti:
Keberagaman Siswa
Kurikulum seringkali dirancang dengan asumsi bahwa semua siswa memiliki latar belakang dan pengalaman yang sama. Namun, siswa memiliki keberagaman yang berbeda dalam hal latar belakang, kemampuan, minat, dan kebutuhan. Oleh karena itu, kurikulum dalam individu memiliki cara berpikir yang berbeda-beda, dan hal ini juga berlaku pada siswa di dalam kelas. Keberagaman siswa dalam berfikir dapat dianggap sebagai suatu hal yang positif karena hal ini dapat memberikan keuntungan bagi seluruh siswa di dalam kelas.
Pertama, keberagaman siswa dalam berfikir dapat membuka pintu bagi berbagai macam sudut pandang dan ide yang baru. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi yang berbeda-beda dalam pemecahan suatu masalah atau dalam menjawab suatu pertanyaan. Dalam sebuah diskusi, beragam sudut pandang dari siswa yang berbeda dapat membantu meningkatkan pemahaman dan wawasan seluruh kelas.
Kedua, keberagaman siswa dalam berfikir dapat membantu meningkatkan kemampuan belajar secara kolaboratif. Siswa dapat saling membantu dan memperbaiki pemahaman satu sama lainnya. Dalam situasi seperti ini, siswa juga dapat memperoleh pengalaman dalam berinteraksi dengan individu yang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda.
Keberagaman siswa dalam berfikir juga dapat menimbulkan beberapa tantangan. Misalnya, ada kemungkinan siswa dengan cara berpikir yang berbeda-beda tidak sepakat dalam suatu masalah atau pertanyaan. Oleh karena itu, guru harus memiliki keterampilan untuk membimbing diskusi dan mendorong siswa untuk menghargai sudut pandang orang lain. perlu disesuaikan dengan keberagaman siswa agar dapat memenuhi kebutuhan belajar mereka.
Kurangnya Keterkaitan Antara Kurikulum dan Kebutuhan Dunia Kerja
Kurikulum sering kali tidak terkait langsung dengan kebutuhan dunia kerja. Sehingga, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari dalam dunia kerja. Ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti kurangnya informasi dan komunikasi antara lembaga pendidikan dan dunia kerja, kurangnya keterlibatan pengusaha dan praktisi dalam proses pengembangan kurikulum, serta perbedaan prioritas antara lembaga pendidikan dan dunia kerja.
Seringkali kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan lebih menitikberatkan pada aspek teori dan akademis, sedangkan kebutuhan dunia kerja lebih menekankan pada keterampilan praktis dan pengalaman lapangan. Oleh karena itu, penting bagi lembaga pendidikan untuk lebih proaktif dalam memperoleh informasi terkait dengan kebutuhan dunia kerja dan melibatkan praktisi dan pengusaha dalam proses pengembangan kurikulum.
Selain itu, perlu juga adanya peningkatan kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja, seperti program magang dan kerjasama proyek riset yang melibatkan mahasiswa, sehingga mahasiswa bisa lebih terlatih dalam keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Dalam hal ini, penting juga bagi mahasiswa untuk memiliki kesadaran dan keterampilan diri yang baik, sehingga mereka bisa mengembangkan diri dan mempersiapkan diri dengan baik untuk memasuki dunia kerja setelah lulus. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari informasi terkait dengan dunia kerja, mengembangkan keterampilan praktis, serta mengikuti program magang atau kegiatan ekstrakurikuler yang relevan.
Kesenjangan antara teori dan praktek kurikulum yang hanya mengajarkan teori tanpa memperhatikan praktek bisa menyebabkan lulusan sulit beradaptasi dengan dunia kerja. Sebaliknya, kurikulum yang terlalu fokus pada praktek saja tanpa dasar teori yang kuat juga tidak cukup.
Cara mengatasi masalah ini, perlu adanya penyesuaian terhadap perkembangan teknologi dan tren bisnis terbaru agar lulusan dapat memenuhi kebutuhan dunia kerja. Kurikulum perlu diperbarui secara teratur untuk mengakomodasi perkembangan teknologi terbaru, sehingga siswa dapat mempelajari keterampilan yang relevan untuk menghadapi masa depan.
Kurangnya Partisipasi Siswa dalam Merancang Kurikulum
Kurikulum sekolah biasanya dibuat oleh pihak-pihak tertentu seperti pemerintah, lembaga pendidikan, atau guru. Siswa jarang dilibatkan dalam merancang kurikulum yang mereka pelajari. Padahal, partisipasi siswa dalam merancang kurikulum dapat meningkatkan motivasi belajar dan membantu siswa merasa lebih terlibat dalam proses pembelajaran.
Kurangnya minat partisipasi siswa dalam merancang kurikulum dapat mengakibatkan beberapa masalah, seperti Kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa. Siswa mungkin memiliki minat atau kebutuhan yang berbeda-beda, dan tanpa partisipasi mereka dalam merancang kurikulum, maka kurikulum yang dibuat mungkin tidak mencerminkan kebutuhan dan minat siswa.
Ketika siswa tidak dilibatkan dalam merancang kurikulum, mereka mungkin merasa tidak memiliki tanggung jawab dalam pembelajaran, mereka mungkin merasa kurang diberi kesempatan untuk mempengaruhi keputusan yang diambil. Ini dapat mengurangi rasa memiliki, rasa bertanggung jawab siswa terhadap pembelajaran, dan mengurangi motivasi dan minat siswa dalam belajar
Cara mengatasi masalah ini, penting untuk melibatkan siswa dalam merancang kurikulum. Siswa dapat diberi kesempatan untuk memberikan masukan dan saran tentang apa yang mereka ingin pelajari, bagaimana mereka ingin belajar, dan bagaimana mereka ingin menilai pembelajaran mereka. Dengan cara ini, siswa dapat merasa lebih memiliki dan bertanggung jawab dalam pembelajaran mereka, dan kurikulum yang dibuat dapat lebih sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa.
Dalam peraturan pemerintah No. 78 Tahun 2008 tentang Guru mengatakan “Guru memiliki kewenangan untuk menentukan kebijakan pendidik dari mulai satuan Pendidikan Kabupaten, Kota, Provinsi, sampai Nasional.” Artinya, Guru harus diikutsertakan dalam menentukan kebijakan Pendidikan. Guru juga yang akan mengeksekusi bagaimana isi kurikulum itu di kelas, karena guru yang mengetahui perkembangan siswa, dinamika kelas, jam mengajar yang tepat bagi mata pelajaran tertentu.
Penulis : Fayyaasyaz Zaahy (Mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang)