SEJUK.ID – Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan (PIP) Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) sukses menggelar Webinar dan Talkshow Literasi Pelajar di Teater Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat. Acara yang berlangsung pada Senin, (20/11/2023), ini dihadiri oleh lebih dari 180 peserta onsite dan lebih dari 80 peserta online.
Tema utama acara ini adalah Literasi Sebagai Aksi di Era Digitalisasi, di mana para peserta diajak untuk menggali lebih dalam tentang pentingnya literasi dalam era yang serba digital ini.
Acara diawali dengan sambutan dari Ketua PP IPM Bidang PIP, Brilliant Dwi Izzulhaq, yang menyatakan bahwa saat ini adalah era kebenaran dan kesalahan, tergantung pada cara kita menarasikan sesuatu. Dalam sambutannya, Brilliant juga menyampaikan harapannya agar para pelajar yang hadir dapat menarasikan diri sendiri.
“Untuk bisa menjadi pelajar yang tidak mau disebut sebagai generasi cemas tetapi generasi emas,” ujar Brilliant.
Pada keynote speech-nya, Plt. Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional RI, Ofy Sofiana, menekankan bahwa literasi memiliki peran krusial bagi seorang pelajar. Dengan literasi, seseorang mampu mengembangkan pemahaman dalam berbagai konsep, berpikir kritis, dan memperluas cakrawala.
Inti acara dilanjutkan dengan pengantar dari Gol A Gong, Duta Baca Republik Indonesia 2021-2026. Dalam penyampaiannya, Gol A Gong menekankan pentingnya menguatkan rasa percaya diri pada masanya. Dia berbagi pengalaman membaca-badminton-dongeng sebagai kebiasaan yang membantunya bekerja di berbagai platform.
“Kebanyakan orang lebih menghargai pembicara yang berilmu. Jadi, jika ingin menjadi seorang wartawan, membaca adalah kunci. Membaca buku dapat mengubah kualitas hidup seseorang,” jelas Gol A Gong.
Pimpinan Redaksi GEOTimes, David Krisna Alka, menambahkan bahwa literasi bukan hanya tentang tulis-menulis, melainkan bisa dalam bentuk visual, talkshow, bahkan podcast. Dia menekankan bahwa mencatat adalah kunci utama dalam melatih mengutarakan pemikiran, menguatkan memori, dan menulis.
Ahmad Soleh, CEO Penerbit Irfani, juga memberikan pandangan terkait literasi, menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kebutuhan. Menurutnya, literasi tidak hanya sebatas membaca dan mengetahui artinya, tetapi juga menjadikannya sebagai tindakan nyata.
“Literasi yang tak dimaknai adalah ketika kita hanya membaca dan mengetahui artinya, namun tidak menjadikannya sebagai aksi,” ujar Ahmad Soleh.
Bidang PIP berharap melalui kegiatan ini, pelajar dapat mendalami literasi karena literasi membantu pengembangan keterampilan berpikir kritis. Pelajar yang memiliki literasi yang baik dapat mengajukan pertanyaan yang mendalam, mengevaluasi berbagai sudut pandang, dan membuat keputusan yang informasional. (*)
Reporter Suha/Sayida. Editor Fathan Faris Saputro.