Opini

Terdegradasinya Akhlak Remaja Masa Kini

3 Mins read

Sejuk.IDGenerasi Z atau yang lebih dikenal dengan sebutan generasi milenial dituntut menjadi agen perubahan untuk mengantarkan Indonesia menjadi negara maju. Generasi milenial ini digadang-gadang sebagai penerus tonggak kepemimpinan bangsa ini. Begitu besar harapan bangsa ini kepada mereka.

Namun, terdapat satu permasalahan yang diindikasikan menjadi sebab generasi milenial tidak dapat mewujudkan cita-cita bangsa tersebut. Salah satunya adalah krisis akhlak yang menjadi permasalahan bagi generasi Z saat ini. Akhlak sendiri, sebenarnya berasal dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, perangai atau tabiat. Sedangkan secara terminologi, akhlak adalah tingkah laku seseorang atau sekelompok orang yang didorong oleh suatu keinginan yang nyata untuk melakukan suatu perbuatan.

Dari Imam Al-Ghazali memiliki pengertian sendiri mengenai akhlak. Beliau mengatakan bahwa, akhlak merupakan tingkah laku yang melekat pada diri seseorang yang memicunya untuk melakukan suatu perbuatan yang baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Ibaratkan sebuah mesin kendaraan yang mengatur jalannya kendaraan tersebut agar tak salah arah, tersesat, apalagi sampai rusak. Maka begitulah akhlak, sebuah sistem tatanan yang mengatur tindakan dan pola sikap manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Akhlak yang baik dan mulia merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan seorang muslim.

Namun, dewasa ini kita sering mendengar berita-berita tentang terdegradasinya akhlak remaja di masa kini. Banyak dari mereka yang terjerumus dalam tindakan negatif seperti narkoba, seks bebas, dan kekerasan. Hal ini tentu sangat merugikan bagi diri mereka sendiri, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam opini ini, penulis akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan terdegradasinya akhlak remaja dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan terdegradasinya akhlak remaja adalah pengaruh media sosial. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, media sosial menjadi semakin mudah diakses oleh siapa saja, termasuk remaja. Mereka terpapar dengan berbagai konten yang tidak selalu positif, seperti pornografi, kekerasan, dan budaya hedonisme. Mereka juga terpapar dengan citra-citra yang tidak realistis tentang kecantikan dan gaya hidup yang mewah. Hal ini membuat remaja menjadi terobsesi dengan citra diri dan keinginan untuk mengejar gaya hidup yang konsumtif.

Selain itu, kurangnya pengawasan dari orangtua juga menjadi faktor yang menyebabkan terdegradasinya akhlak remaja. Dalam era yang serba sibuk dan terburu-buru ini, orangtua seringkali tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengawasi dan membimbing anak-anak mereka. Padahal, peran orangtua sangat penting dalam membentuk karakter dan akhlak anak. Tanpa pengawasan yang cukup, anak-anak rentan terpapar dengan pengaruh negatif dari lingkungan sekitar, seperti teman sebaya yang tidak baik.
Selain itu, pendidikan agama yang tidak memadai juga menjadi faktor yang menyebabkan terdegradasinya akhlak remaja.

Lunturnya nilai kesopanan dan tata krama siswa terhadap gurunya telah menjadi permasalahan yang paling kuat saat ini, khususnya di Indonesia. Padahal guru merupakan figur yang patut dihormati dan dihargai. Namun, sering kita jumpai siswa cenderung kehilangan etika dan sopan santun di hadapan para gurunya. Contohnya melawan atau membantah gurunya ketika diberikan nasihat. Bahkan, tak jarang ditemui kasus pembullyan siswa terhadap gurunya.

Pendidikan agama dalam arti yang sebenarnya bukan hanya mengajarkan tentang ritual-ritual keagamaan, tetapi juga membahas tentang moral dan etika. Namun, seringkali pendidikan agama hanya difokuskan pada aspek-aspek formal dan kurang membahas tentang moral dan etika. Hal ini membuat remaja tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang akhlak dan moralitas.

Untuk mencegah terdegradasinya akhlak remaja, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, orangtua harus lebih aktif dalam mengawasi dan membimbing anak-anak mereka. Mereka harus memastikan anak-anak tidak terpapar dengan pengaruh negatif dari lingkungan sekitar, dan memberikan pengarahan yang cukup tentang moral dan etika. Orangtua juga harus memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak-anak dapat mengikuti jejak mereka.

Selain itu, sekolah dan lembaga pendidikan harus memberikan pendidikan agama yang lebih komprehensif. Pendidikan agama harus meliputi aspek-aspek formal dan moral, sehingga remaja dapat memahami pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sekolah juga harus memberikan pengarahan yang cukup tentang penggunaan media sosial yang benar dan bijak.

Masyarakat juga harus ikut berperan dalam mencegah terdegradasinya akhlak remaja. Masyarakat harus memberikan pengarahan dan contoh yang baik bagi remaja, sehingga mereka dapat mengikuti jejak yang positif. Selain itu, masyarakat juga harus memberikan dukungan dan bantuan bagi remaja yang mengalami masalah, seperti penyalahgunaan narkoba atau terdegradasinya akhlak remaja di masa kini merupakan masalah serius yang harus segera diatasi. Pengaruh media sosial, kurangnya pengawasan dari orang tua, dan pendidikan agama yang tidak memadai menjadi faktor yang menyebabkan hal tersebut.

Untuk mencegah terdegradasinya akhlak remaja, orang tua harus lebih aktif dalam mengawasi dan membimbing anak-anak mereka, sekolah dan lembaga pendidikan harus memberikan pendidikan agama yang lebih komprehensif, dan masyarakat harus ikut berperan dalam memberikan pengarahan dan contoh yang baik bagi remaja. Dengan langkah-langkah tersebut, kita dapat mencegah terdegradasinya akhlak remaja dan membangun generasi yang lebih baik di masa depan.

Penulis : Wahyu Ramdhani (Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang)

692 posts

About author
Pemuda yang senang belajar dan berbagi dengan sesama.
Articles
    Related posts
    Opini

    Maafkan Semua Kesalahan

    2 Mins read
    Opini

    Risiko Menunda Pernikahan dengan Pasangan

    3 Mins read
    Opini

    SUDAH TAPI BELUM; analisis linguistik

    2 Mins read

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *