Tepat hari ini, minggu 2 mei 2021 umat islam telah memasuki puasa hari ke 20, atau sisa 10 hari lagi. biasanya disisa sisa hari terakhir ibadah puasa ramadhan ini ada dua corak umat islam dalam mengisi puasa ramadhan, yakni yang pertama, sebagian umat islam berbondong-bondong berkungjung ke pasar-pasar untuk memburu baju baru, anak anak muda lebih banyak menghabiskan sisa sisa waktu puasa dengan nongkrong diwarkop (ibadah qiyamul lail) yang biasanya dimesjid sudah pindah ke warkop2 dan sejenisnya, sisa sisa puasa ramadhan, manusia manusia lebih suka meramaikan pasar ketimbang. maksud ibadah puasa yang awalnya adalah sarana untuk mendekatkan diri, bertaubat dan mengasah akal fikiran dan hati nurani dari perbuatan buruk dan mengisi dengan perbuatan baik kepada allah (spiritualitas ),malah sebaliknya menjadi ajang berhura hura, berfoya foya memburu kesenangan sesaat (ekonomi). terlepas dari fenomena buruk sebagian umat islam itu, nampaknya masih ada sebagian umat islam (kelompok kecil) yang sadar, istiqomah dalam memaknai dan mengisi disisa sisa 10 hari terakhir puasa ramadhan ini, dimana mereka ini adalah kelompok2 yang sadar betul bahwa ibadah puasa ramadhan adalah bulan yang sangat mulia, penuh ampunan, berkah dan pahala berlipat ganda. jadi kelompok kecil yang istiqomah ini semakin bersemangat, bergelora mengisi disissa ibadah puasa dengan membaca al quran, memahami dan mendalami setiap kandungan ayat ayatnya secara mendalam, ada yang bertaubat menyesali semua perbuatan buruk yang selama ini dijalankannya, lalu dibulan puasa ini mereka semakin mendekatkan diri kepada allah swt, kemudian bertadabur dan beritiqof setiap fenoemana disekitarnya.
Gayung bersambut bahwa, tepat pada hari ini juga, hari minggu tanggal 2 mei 2021 bertepatan dengan hari pendidikan nasional republik indonesia, diperingati juga sebagai lahirnya seroang pelopor pendidikan bagi kaum pribmi indonesia di era kolonialisme yakni ki hadjar dewantara (Raden Mas Soewardi Soerjanigrat).
Beliau dikenal dengan sebutan “Bapak Pendidikan” atas jasanya serta karyanya yang memebaskan rakyat indonesia dari kebdohan untuk mewujudkan indonesia yang merdeka. sampai saat ini pun salah satu kutipannya yang berbunyi, “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” masih terus populer di masyarakat. ada ungkapan lain dari beliau yang dikutip oleh media seperti, “dengan pendidikan kita menuju kemuliaan”, “setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”, dan sebagainya.
Berbicara mengenai puasa manusia dan kedudukan pendidikan adalah bukanlah suatu hal yang terpisahkan, melainkan suatu hal yang saling terkait, berkelindan dan berkaitan erat timbal balik.
Hingga dewasa ini, semua umat islam sennag dan gembira ketika menyambut bulan puasa ramadhan, karena puasa ramadhan bulan yang sangat mulia istimewa, penuh ampunan dan berlimpat gandanya pahala dalam setiap amal kebajikan yang kita kerjakan selama puasa ramadhan ini. maka umat islam menyebut puasa ramadhan dengan bulan ampunan (syahrul mubarak, syahrul magfirah, syahrul quran, syahrul sabr, syahrul madrasah, dll). dengan kata lain, puasa ramadhan adalah bulan madrasah moral, etika, intelektualitas dan menghidupkan kepedulian sosial kemasyarakatan.
Menurut Sidi Gazalba (1985: 147), “puasa dikerjakan karena ibadat, tapi mengandung hikmah bagi yang melakukannya. Hikmah ialah rahasia dan manfaat yang terkandung. Hikmah puasa ber-efek kepada ruhaniah dan jasmaniah”. Allah SWT mewajibkan puasa kepada kita umat Islam, sebagaimana ia wajibkan kepada umat sebelum kita. Hal itu karena puasa merupakan “sarana penyucian jiwa paling ampuh dan ibadah paling kuat (efektif) untuk mengendalikan hawa nafsu”. Oleh karena itu “puasa di syariatkan dalam semua ajaran agama hingga dalam agama paganism (penyembah berhala) sekalipun”.
Al-Ghazali menjelaskan bahwa tingginya nilai puasa di mata Allah SWT dan Rasul SAW, terdapat pada dua hal , Pertama, puasa itu mengandung ajaran pencegahan diri yang merupakan amal yang sangat rahasia, yang hanya diketahui oleh Allah swt. Tidak seperti shalat, zakat dan lain-lain. Kedua, puasa merupakan upaya efektif untuk menundukkan setan sebagai musuh Allah. Salah satu pintu efektif yang sering diterobos setan untuk menggoda manusia adalah melalui pintu syahwat dan nafsu.
Hakekat puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari nafsu perut dan nafsu syahwat tersebut, tetapi ada yang lebih substansial yaitu menahan atau mengendalikan diri dari segala keinginan hawa nafsu yang dapat menjerumuskan manusia kepada kerusakan dan kebinasaan. Karena itu menurut Islam, ibadah puasa adalah menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela dan melanggar ajaran Islam. Dengan kata lain puasa bukan sekadar amal ibadah fisik, melainkan juga amal ibadah rohani yang dapat menyelamatkan dan menyejahterakan manusia, baik kehidupan lahir maupun batin, di dunia dan akhirat.Analisis Pendidikan Islam dalam Puasa Ramadhan, Abd Misno, Institut Agama Islam Sahid (INAIS) Bogor)
Kemampuan untuk menahan dan mengendalikan diri ini tidaklah semata diraih begitu saja, tetapi memerlukan proses latihan atau pendidikan secara terus menerus, teratur, dan mengikuti prosedur tertentu. Karena itu jangka waktu pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan didesain selama satu bulan agar menimbulkan efek positif dan mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu taqwa. Taqwa adalah kondisi jiwa seseorang yang penuh dengan kesadaran akan kehadiran Allah SWT yang Maha Mengawasi dalam segenap aktifitasnya, di mana saja dan kapan saja, sehingga mendorong dirinya untuk selalu patuh dan taat mengerjakan segala perintah dan menjauhi laranganNya. Taqwa berasal dari dalam diri, karena itu ia sangat bersifat pribadi.
Sebagaimana dikatakan Hasan Langgulung bahwa tujuan-tujuan pendidikan Islam harus mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama, yaitu fungsi spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman, fungsi psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk nilai-nilai yang menyangkut derajat manusia ke derajat yang lebih sempurna, dan fungsi sosial yang berkaitan dengan aturan sosial yang menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat di mana masing-masing memiliki hak-hak dan tanggungjawab untuk menyusun masyarakat yang harmonis dan seimbang. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam praktek ibadah dalam Islam memiliki nilai-nilai pendidikan. Demikian pula dalam ibadah puasa terdapat nilai-nilai pendidikan yang bisa dilaksanakan dalam proses belajar-mengajar di sekolah.
Puasa menjadi sarana efektif penanaman sekaligus pengaplikasian nilai-nilai pendidikan Islam. Nilai pendidikan yang bisa digali dari pelaksanaan ibadah puasa karena puasa mengajari kita untuk senantiasa menahan dan mengendalikan diri. Karakter ini sangat dibutuhkan bukan hanya untuk rakyat, tetapi juga untuk pejabat, pelajar, guru, pegawai, pengusaha, dan sebagainya. Jika karakter ini sudah tertanam dan tumbuh subur dalam setiap pribadi bangsa, setidaknya akan meminimalisirkan praktek korupsi, kolusi, nepotisme, suap, dan praktek-praktek tercela. Untuk mengatasi dan mengurangi segala masalah dan penyakit tersebut yakni dengan puasa karena puasa merupakan ibadah yang paling ampuh dan efektif, asalkan pelaksanaan puasa tersebut dilakukan dengan dasar iman yang mantap kepada Allah SWT.