Salah satu rukun Islam yang harus kita yakini dan di amalkan setiap muslim adalah ibadah puasa. Dalam Islam , kita mengenal dua bentuk ibadah puasa, yaitu puasa wajib dan puasa sunnah. Setiap muslim diwajibkan berpuasa sebagaimana orang sebelum kita.
Adapun hari-hari yang di haramkan puasa adalah hari tasyrik, Idul Fitri dan Idul Adha. Puasa menurut bahasa Arab disebut as-saum atau as-siyam yang berarti menahan diri. Maksudnya menahan diri dari makan dan minum serta perbuatan yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Umat Islam juga dikehendaki untuk menahan diri dari mengeluarkan kata-kata kotor, menggunjing orang lain, dan sebagainya. Ibadah puasa banyak mengandung aspek sosial, karena dengan lewat ibadah ini kaum muslimin ikut merasakan penderitaan orang lain yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pangannya seperti yang lain. Ibadah puasa juga menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman sangat patuh kepada Allah karena mereka mampu menahan makan atau minum dan hal-hal yang membatalkan puasa.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
Puasa merupakan rangkaian aktivitas yang istimewa. Pada saat berpuasa, terutama saat bulan Ramadhan kita dilatih untuk jujur pada diri sendiri. Puasa juga merupakan awal untuk memperbaharui jiwa kita yang telah terjangkiti penyakit, baik fisik maupun mental. Dengan kata lain, puasa bisa menghadirkan kesehatan yang paripurna bagi fisik dan mental, tanpa melalui terapi, obat-obatan, dan proses medis lainnya. Dalam makalah ini kami insya Allah akan membahas tentang puasa dan manfaat atau hikmahnya dalam kesehatan fisik dan mental spiritual.
Definisi Puasa
Secara etimologis, puasa berarti menahan. Allah Swt. menceritakan apa yang harus dikatakan Maryam, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari itu,” (QS. Maryam [19]: 26). Sabda Rasulullah SAW: Dari Ibnu Umar. Ia Berkata, “Saya telah mendengar Nabi besar SAW bersabda, ’Apabila malam datang, siang lenyap, dan matahari telah terbenam, maka sesungguhnya telah datang waktu berbuka bagi orang yang berpuasa’.”(HR.Bhukori dan Muslim).
Menurut Terminologis (istilah) terdapat dalam Subul Al-Salam, para ulama fikih mengartikan puasa sebagai berikut: “puasa adalah menahan dari makan, minum dan melakukan hubungan seksual suami isteri, dan lain-lainnya, sepanjang hari menurut ketentuan syara’, disertai dengan menahan diri dari perkataan yang sia-sia (membual), perkataan yang jorok dan lainnya, baik yang diharamkan maupun yang dimakruhkan, pada waktu yang telah ditetapkan pula”. Dalam Islam, puasa adalah rukun Islam yang ketiga yang wajib dilaksanakan seorang muslim yang mukallaf, bentuknya dengan menahan diri dari segala yang membatalkannya mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dan wajib dilakukan sesuai dengan syarat, rukun, dan larangan yang telah ditentukan. Secara syara’, dalam kitab Fathul Qorib dijelaskan bahwa: Artinya, secara syara’, puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa, dengan niat tertentu, mulai dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.
Macam-macam Puasa
Puasa dalam syari’at Islam ada dua macam, yaitu puasa wajib dan puasa sunah. Puasa wajib ada tiga macam, puasa yang terikat dengan waktu (puasa Ramadhan selama sebulan), Puasa yang wajib karena ada illat, seperti puasa sebagai kafarat, dan puasa seseorang yang mewajibkan pada dirinya sendiri, yaitu puasa nazar. Menurut para ahli fiqih, puasa yang ditetapkan syari’at ada 4 (empat) macam, yaitu puasa fardhu, puasa sunnat, puasa makruh dan puasa yang diharamkan.
Keutamaan-keutamaan dalam Puasa
Puasa pada bulan Ramadhan memiliki keutamaan-keutamaan sebagai berikut:
- Menghapus dosa
Puasa Ramadhan, bila dikerjakan dengan iman dan ikhlas, bukan saja akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda, tapi juga akan menghapuskan berbagai dosa, baik yang terlanjur kita kerjakan di masa lalu maupun yang akan datang. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa puasa Ramadhan dengan (didasari) keimanan dan semata-mata mengharap Ridha-Nya, maka akan diampunkan dosadosanya di masa lalu” (HR. Bukhari Muslim). Dalam riwayat lain ada tambahan “wa ta-akkhara”, dan dosa-dosa yang akan datang.
- Ibadah istimewa
Puasa adalah salah satu ibadah yang mempunyai kedudukan istimewa di sisi Allah. Di samping ia merupakan benteng yang ampuh bagi pelakunya dalam menangkal hawa nafsu, puasa juga merupakan satu-satunya ibadah yang benarbenar murni dan tulus karena Allah. Seperti dalam hadits qudsi berikut: “Rasulullah SAW. bersabda: Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Semua amalan anak Adam (bisa kembali) kepadanya kecuali puasa. Maka, sesungguhnya puasa itu tulus bagi-Ku, dan Aku sendirilah yang akan membalasnya. (Selain itu) puasa (juga) sebagai benteng. Karena itu, jika salah seorang dari kamu berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan pula mengacau. Lalu, jika ada seseorang yang memaki atau memusuhinya, hendaklah ia (cukup) menjawab: “Sesungguhnya aku sedang berpuasa!”…(HR. Bukhari dan Muslim)
- Hikmah utama
Sebagaimana telah dimaklumi, bahwa dihadirkannya manusia di bumi tak lain adalah untuk mengabdi kepada Allah Sang Pencipta. Karena itu, nilai dan harkat manusia sangat ditentukan oleh kapasitas peribadatannya. Setiap peribadatan (ibadah mahdhah) dalam Islam mempunyai nilai pembentukan akhlak. Dan akhlak inilah nilainya bagi manusia. Puasa (Ramadhan) merupakan pembinaan akhlak yang dilakukan selama satu bulan, dan rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Semua proses dalam puasa selama sehari selama satu bulan penuh ini sangat efektif untuk pembinaan akhlak dan pribadi manusia, bila benar-benar diamalkan secara ikhlas.
Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Sesungguhnya hakikat dari berpuasa adalah untuk menahan hawa nafsu, yang mana hawa nafsu tersebut adalah musuh setiap insan yang bertakwa. Dan dari puasa itu, ada banyak sekali hikmah yang bisa ditemukan dan dikaji, khususnya dalam hal fisik, yaitu menyehatkan fisik manusia, juga dalam masalah kejiwaan. Beberapa hikmah yang telah diteliti dan dibuktikan kebenarannya adalah sebagai berikut.
- Hikmah puasa bagi kesehatan fisik
Puasa ditinjau dari kesehatan fisik, banyak mengandung hikmah atau manfaat. Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat”. Manfaat puasa bagi kesehatan dapat dibuktikan secara empiris ilmiah, meski harus menahan makan dan minum sekitar 12-24 jam. Apabila orang lapar, perutnya akan memberikan reflex ke otak secara fisiologis. Dengan adanya pemberitahuan tadi, otak akan memerintahkan kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim pencernaan. Zat inilah yang akan menimbulkan rasa nyeri, khususnya bagi penderita maag. Tapi, bagi orang yang berpuasa, rasa sakit tersebut tak timbul karena otak tidak memerintah kepada kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim tadi.
Dari berbagai penelitian, berpuasa terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi organ pencernaan, termasuk system enzim maupun hormon. Dalam keadaan tidak berpuasa, system pencernaan dalam perut terus aktif mencerna makanan, hingga tak sempat beristirahat. Dan, ampas yang tersisa menumpuk dan bisa menjadi racun bagi tubuh. Selama berpuasa, system pencernaan akan beristirahat dan memberi kesempatan bagi sel-sel tubuh khususnya bagian pencernaan untuk memperbaiki diri.
Dr. Muhammad Al-Jauhari seorang guru besar dari Universitas Kedokteran di Kairo mengatakan bahwa puasa dapat menguatkan pertahanan kulit, sehingga dapat mencegah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman-kuman besar yang masuk dalam tubuh manusia. Puasa juga bisa menghindarkan kita dari potensi terkena serangan jantung. Karena puasa akan mematahkan terjadinya peningkatan kadar hormone katekholamin dalam darah karena kemampuan mengendalikan diri saat berpuasa.
- Hikmah puasa bagi kesehatan psikis (kejiwaan)
Puasa merupakan sarana yang efektif untuk merenovasi jiwa-jiwa yang hamper terperosok ke dalam lubang-lubang keingkaran, mensucikan diri dari lumuran dosa-dosa jahiliyah. Dengan kata lain, puasa yang tepat akan bisa mengangkat seseorang yang telah berkubang dalam maksiat menuju fitrahnya sebagai manusia itu sendiri. Selain hukumnya wajib, puasa juga dapat menjadi sarana latihan agar mampu mengendalikan diri, menyesuaikan diri, serta sabar terhadap dorongan-dorongan atau impuls-impuls agresivitas yang datang dari dalam diri. “Ini (merupakan) salah satu hikmah puasa di bidang kesehatan jiwa,” kata Dadang Hawari. Menurut Dadang Hawari (1995), dalam setiap diri manusia terdapat naluri berupa dorongan agresivitas yang bentuknya bermacam-macam, seperti agresif dalam arti emosional, contohnya mengeluarkan kata-kata kasar, tidak senonoh dan menyakitkan hati (verbal abuse). Salah satu ciri jiwa yang sehat adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri. Pengendalian diri atau self control amat penting bagi kesehatan jiwa sehingga daya tahan mental dalam menghadapi berbagai stress kehidupan meningkat karenanya. Saat berpuasa, kita berlatih kemampuan menyesuaikan diri terhadap tekanan tersebut, sehingga kita menjadi lebih sabar dan tahan terhadap berbagai tekanan.
Secara etimologi, puasa adalah menahan (الإمساك). Secara terminologi, Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, dan hasrat seksual mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Sedangkan menurut hukum syar’i, puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa, dengan niat tertentu, mulai dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Dalam puasa, ada beberapa keutamaan-keutamaan, antara lain, puasa merupakan amalan yang bisa menghapus dosa yang dilakukan mukallaf. Puasa juga merupakan ibadah yang istimewa, juga merupakan hikmah yang utama dalam membentuk akhlak seorang manusia.
Berkaitan dengan kesehatan fisik dan psikis manusia, ada banyak sekali hikmah puasa yang telah diteliti dan dibuktikan, beberapa diantaranya adalah;
- Bagi kesehatan fisik Bagi kesehatan fisik, puasa sangat berpengaruh baik terutama bagi kesehatan organ pencernaan. Dengan berpuasa, bisa juga menghindarkan kita dari berbagai macam penyakit kulit, mencegah penuaan, dan penyakit jantung.
- Bagi kesehatan psikis Puasa dapat mengembalikan manusia kepada fitrahnya, yang mana sebelumnya seringkali manusia berbuat maksiat yang sejatinya semakin menjauhkannya dari kefitrahannya sebagai manusia. Puasa juga merupakan latihan pengendalian diri terhadap berbagai tekanan/impuls yang bisa menyebabkan stress.