Sejuk.ID – Buku bertajuk Objektifikasi Ikatan karya Muhammad Abdul Halim Sani dibedah dalam diskusi buku yang diselenggarakan PC IMM Cirendeu, Jumat (23/6). Buku tersebut disebutkan Sani merupakan kelanjutan dari buku Manifesto Gerakan Intelektual Profetik (MGIP).
Abdul Halim Sani mengungkapkan bahwa buku Objektifikasi Ikatan ini membahas lebih jauh mengenai bagaimana paradigma Ikatan itu bertansformasi dalam sebuah gerakan.
Saya berharap buku ini melengkapi literatur IMM. Menurut dia, buku referensi serius mengenai IMM masih sedikit. “Jadi buku ini menjadi pelengkap,” ujarnya dalam Bedah Buku Objektifikasi Ikatan di Aula Fakultas Hukum UMJ, Jumat (23/6).
Hal ini, menurut Sani, penting dilakukan untuk membentuk wacana di dalam gerakan Ikatan. “Wacana itu harus segera digulirkan, sehingga bergulir menjadi alam bawah sadar. Ketika sudah masuk alam bawah sadar akan menjadi perilaku, ketika menjadi perilaku maka akan menjadi fakta objektif. Nah, fakta objektif itulah yang kita sepakati bersama, letak objektifikasi itu di situ,” ungkapnya, Jumat (23/6).
Selain itu, Sani menjelaskan, ada tiga term dalam memahami proses objektifikasi, yakni internalisasi, eksternalisasi, dan objektifikasi itu sendiri. “Objektifikasi itu, buah dari eksternalisasi nilai-nilai Ikatan yang dilakukan secara bersama-sama,” kata dia, Jumat (23/6).
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang RPK DPD IMM DKI Jakarta Bayujati Prakoso mengucapkan tahniah atas penerbitan dan diskusi buku Objektifikasi Ikatan. “Alhamdulillah karya Mas Sani ini, yang merupakan kumpulan tulisan, kemudian dibukukan yang terilhami dari pemikiran Kuntowijoyo,” ujar penulis buku Meniti Gerakan itu, Jumat (23/6).
Dalam buku Islam Sebagai Ilmu Kuntowijoyo, dia melanjutkan, prinsip objektifikasi Islam begitu kuat. “Itulah yang menginspirasi Mas Sani dalam menyusun buku MGIP dan buku Objektifikasi Ikatan,” ujar Bayu.
Bayu juga menyinggung bagaimana gerakan literasi di IMM yang harus terus didorong. “Gerakan literasi dan keilmuan harus didorong, harapannya akan melahirkan cendekiawan dan intelektual
yang diharapkan bisa merealisasikan objektifikasi keilmuan,” ungkapnya.
Selain itu, Bayu menyampaikan, nilai-nilai IMM juga diobjektifikasi. “Nilai-nilai IMM perlu kita internalisasi di dalam kehidupan kita, dan setelah itu kata Pak Kunto perlu kita eksternalisasi setelah itu, nah itulah yang disebut objektifikasi,” ujarnya.
Bayu menegaskan, objektifikasi nilai-nilai Ikatan akan menghasilkan pribadi lebih baik. “Nilai-nilai Ikatan perlu dieksternalisasi, perlu diobjektifikasi karena itu adalah upaya menjadikan nilai pribadi kita menjadi diri yang lebih baik lagi,” ungkapnya, Jumat (23/6).
Menurut Bayu, objektifikasi Islam sebagaimana digagas Kuntowijoyo adalah upaya agar umat Muslim bisa lebih berperan di dalam masyarakat. Hal ini sejalan juga dengan gagasan objektifikasi Ikatan. “Artinya, kita lebih bisa berperan di masyarakat,” ujarnya.
Dalam kegiatan tersebut, hadir ketua umum cabang se-DKI Jakarta yang memberikan tanggapan atas buku Objektifikasi Ikatan. Adapun di antara mereka yang hadir, antara lain Ketua Umum PC IMM Jaksel Ayyubi Kholid, Ketua Umum PC IMM Ciputat Farhan Effer Dalimunthe, Ketua Umum PC IMM Cirendeu Asyraf Al Faruqi, Ketua Umum IMM Jakarta Timur Debbi Susanti, dan kabid RPK PC IMM Jakpus. Kegiatan diskusi berlangsung khidmat dengan dipandu moderator Puspa Nujulla, sekretaris bidang RPK PC IMM Cirendeu. (*)