Sejuk.ID – Hallo para mahasiswa dimanapun kalian berada. Kali ini artikel saya akan memaparkan tentang pengertian, perbedaan dan seluk beluknya menjadi mahasiswa akademis dan mahasiswa aktivis. Yuk langsung kita simak bersama.
Apa arti mahasiswa? di era sekarang ini, mahasiswa bisa diartikan manusia yang merdeka, yang bebas menentukan arah tujuan demi menggapai sebuah cita-cita. Tetapi secara umum mahasiswa tidak hanya diartikan dalam satu pengertian saja.
Mahasiswa ialah seorang agen pembawa perubahan, manusia yang merdeka, yang bebas menentukan arah tujuan demi menggapai sebuah harapan. Mahasiswa sebagai orang yang disebut sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata.
Pendapat tentang mahasiswa akademis atau mahasiswa aktivis tidak jarang terdengar di telinga kita.
Terkadang perbandingan keduanya menjadikan bumerang yang nyata dalam kehidupan kampus saat ini. Pendapat mahasiswa akademis lebih unggul dibandingkan dengan mahasiswa aktivis, begitupula sebaliknya. Padahal istilah ini sama saja bahwa semuanya sama “mahasiswa”.
Secara garis besar mahasiswa akademis mempunyai arti mahasiswa yang sibuk berkutat dengan kuliahnya saja, sedangkan Mahasiswa aktivis yaitu mahasiswa yang selalu sibuk dengan organisasi yang diwarnai aktifitas sosial. diartikan sebagai Lalu, apa arti akademis? Akademis itu artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan akademik, yang bersifat ilmu pengetahuan dan bersifat ilmiah. Kemudian apa arti aktivis? Aktivis adalah manusia yang giat bekerja untuk kepentingan suatu organisasi baik organisasi internal maupun organisasi eksternal.
Jika disimpulkan bahwa Mahasiswa Akademis mempunyai arti yaitu mahasiswa yang sibuk berkutat dengan kuliahnya saja, sedangkan Mahasiswa Aktivis yaitu mahasiswa yang selalu sibuk dalam urusan organisasi.
Ketika sudah menjadi mahasiswa maka mindset kita harus sudah berubah karena menjadi mahasiswa adalah yang di harapkan masyarakat sebagai agen perubahan bangsa ini, pilihan akan kita tentukan sendiri mau menjadi mahasiswa seperti apa? Mahasiswa akademis atau mahasiswa aktivis? mau mencetak sejarah mahasiswa yang baik atau justru menjadi mahasiswa yang tidak pernah melakukan kontribusi apa–apa?
Mahasiswa Akademis:
Adalah mahasiswa yang kegiatannya di kampus hanya sebatas kegiatan biasa saja seperti mahasiswa umumnya, yaitu kuliah, belajar, mengerjakan tugas, membuat laporan, praktikum, dan presentasi hanya itu-itu saja, artinya mahasiswa ini hanya disibukkan dengan kegiatan akademik kampus saja, sibuk untuk proses persiapan mengejar karir, kuliah hanya sebatas memenuhi SKS saja tanpa harus ia mengikuti berbagai kegiatan atau event diluar akademik.
Misalnya si A adalah mahasiswa paling aktiv di kampusnya akan tetapi ketika ada suatu kegiatan organisasi diluar atau bahkan di kampusnya, ia tidak pernah mengikutinya karena ada berbagai faktor yang membuat mahasiswa itu lebih suka menjadi mahasiswa akademis daripada aktivis. Ketika kita menjadi mahasiswa akademis, maka kita hanya akan berfokus pada target mengejar nilai, siklusnya seperti masuk kelas, mendengarkan penjelasan dosen, mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen, dan mengumpulkannya tepat waktu. Kegiatan itu dilakukan secara berulang-ulang.
Dengan kerutinan yang seperti itu, ada anggapan ketika mahasiswa akademis lulus lalu terjun langsung di masyarakat, mereka cenderung lebih egois, mereka lebih bersifat acuh tak acuh, Mereka kurang kesadaran dan kurang peka terhadap lingkungan sekitar yang memang tidak didapatkannya di dalam ruang kelas. Mereka juga lebih gampang emosi ketika terjadi sesuatu hal di luar kendali, karena di dalam ruangan kelas tidak diajarkan atau tidak dilatih bagaimana cara bersikap ketika ada suatu hal yang tidak diharapkan terjadi.
Semua mahasiswa juga bisa melakukannya, karena semua mahasiswa di negeri ini juga kuliah, semua mahasiswa di negeri ini juga mengerjakan tugas, membuat laporan, praktikum dan lain sebagainya. Lalu bagaimana dengan mahasiswa aktivis yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan mahasiswa akademis.
Mahasiswa Aktivis:
Mahasiswa aktivis juga mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas, membuat laporan, praktikum dan lain sebagainya. Tetapi di luar kegiatan akademik mereka, para mahasiswa aktivis ini mencoba menembus batas jendela-jendela kelas dan masuk ke dimensi lebih luas, mempunyai kesibukan lain yang membedakan mereka dengan mahasiswa pada umumnya, yang jelas bukan kesibukkan mengejar akademik kampus saja tentunya.
Mereka akan memperjuangkan hal – hal yang yang menurut mereka benar, dan menindak hal – hal yang salah dan tidak sesuai dengan idealisme mereka. Bahkan, mereka dengan berani mengambil resiko untuk dalam satu waktu mengorbankan diri, pikiran, waktu bahkan kuliah demi sesuatu yang menurut mereka harus ditegakkan dan diperjuangkan.
Maka di sinilah yang menjadikan para mahasiswa aktivis istimewa dan luar biasa.
Kesibukan yang para mahasiswa aktivis ini lakukan adalah mereka mengisi waktu luang dengan bergabung dalam suatu lembaga, organisasi atau komunitas yang ada di dalam dan di luar kampus. karena mereka cenderung lebih senang berada di dalam kehidupan berorganisasi dan masyarakat luas. Dengan begitu mahasiswa aktivis seperti inilah yang dibutuhkan untuk kemajuan bangsa dan negara. Disisi lain dari semua ini, tujuan terbentuknya mahasiswa aktivis adalah untuk mengembangkan diri sekaligus mereka juga belajar untuk menjadi mahasiswa yang tidak hanya memikirkan diri sendiri saja, melainkan belajar untuk peduli, mengabdi, berkontribusi, dan berpartisipasi.
Disisi lain mahasiswa aktivis dianggap lebih siap untuk terjun dan mengabdi pada masyarakat, karena mereka memang sudah dilatih untuk melakukan hal itu di organisasinya. Kegiatan-kegiatan di dalam organisasi lebih mengajarkan mahasiswa untuk dapat membaur di masyarakat, lebih dapat mengenal situasi kondisi di lingkungan masyarakat, mereka juga dapat lebih cepat memahami masalah-masalah yang ada di masyarakat sehingga mereka juga dapat memberikan solusi atas sebuah masalah.
Itulah perbedaan antara mahasiswa akademis dengan mahasiswa aktivis.
Menjawab pertanyaan yang sempat terlintas tadi, apakah menjadi mahasiswa aktivis membuat IP rendah? Banyak yang mengatakan menjadi mahasiswa aktivis membuat IP Rendah. Siapa bilang? Justru sebaliknya, menjadi aktivis adalah usaha kita untuk menggunakan waktu dan memaksimalkan untuk hal-hal yang positif. Memang benar saat kita menjadi aktivis, pasti waktu kita akan banyak diminta untuk rapat, diskusi membahas kegiatan bahkan dalam waktu – waktu tertentu harus beraspirasi, demonstrasi bahkan sampai turun ke jalan.
Tapi bukan berarti waktu-waktu yang kita gunakan, pengorbanan waktu yang telah kita persembahkan, semua jadi sia-sia. Waktu akan sia-sia jika tidak digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, hanya untuk senang-senang, foya-foya, kongkow nongrong nggak jelas dan lain-lain.
Lalu, siapa bilang dengan jadi aktivis bikin IP Rendah, dan mahasiswa akademis IP tinggi? hanya mahasiswa yang tidak mampu mengelola diri dan memanajemen waktunya yang akan berkata demikian.
Ada banyak mahasiswa yang kesibukannya diluar kampus, misalnya mendirikan organisasi, mendirikan startup, membuka usaha, ikut pertukaran pelajar, aktif berkompetisi, ikut pengabdian tapi mampu mengikuti kuliah dengan baik, mengumpulkan tugas tepat waktu dan bahkan memperoleh IP yang luar biasa bahkan cumlaude, atau bahkan tetap bisa terpilih menjadi wisudawan terbaik. Karena semua itu tetap tergantung kepada gimana bijaknya para mahasiswa itu sendiri dalam mengelola waktu dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
Apakah kewajiban mahasiswa hanya kuliah saja? Sering sekali kita mendengar kalimat tersebut, bahwa tugas kalian sebagai mahasiswa itu belajar, lulus tepat waktu bila perlu 3,5 tahun dengan IPK cumlaude , tidak usah mengurusi hal-hal lain, apalagi jadi aktivis segala. Memang tidak ada yang salah dengan kalimat itu. Namun apakah hanya itu saja kewajiban yang harus kita lakukan sebagai mahasiswa? Jawabannya adalah TIDAK! Memang benar kewajiban kita pada saat kuliah terhadap orangtua adalah fokus kuliah, lulus tepat waktu dengan IPK cumlaude. Tapi sadarkah kita sebagai mahasiswa, bahwasanya ada kewajiban yang justru jauh lebih besar dan lebih berat dan harus kita tunaikan selama kita menyandang gelar sebagai mahasiswa.
Yang paling penting adalah kesiapan kita untuk terjun ke dunia masyarakat, belajar nilai – nilai kehidupan dan juga mempersiapkan diri untuk menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas karena setelah lulus dari kampus, kita akan menjumpai kampus kehidupan yang sebenarnya. Dan pengalaman-pengalaman yang sudah kita dapatkan selama berorganisasi inilah nantinya yang akan kita butuhkan untuk bekal masa depan nanti dalam memasuki dunia kerja dan masyarakat luas setelah kita sudah tidak sebagai mahasiswa lagi.
Nah, dari penjelasan–penjelasan di atas, pastinya kamu sudah bisa membedakan dengan baik apa sih mahasiswa akademis dan mahasiswa aktivis itu. Sekarang pilihan ada ditangan kalian masing-masing. Mau jadi mahasiswa akademis saja, ataukah menjadi para pejuang sebagai mahasiswa aktivis, sekarang waktunya untuk MENENTUKAN PILIHANMU, jangan sampai menyesal di kemudian hari!
Sedikit bercerita. Ada beberapa teman saya lebih senang menjadi mahasiswa akademis. Mereka benar-benar tidak suka berorganisasi. Setelah saya tanyakan apa alasannya, dia mengatakan bahwa: organisasi itu hanya membuang-buang waktu saja, daripada hari libur dipakai untuk kegiatan, lebih enakan liburan untuk pulang ke kampung halaman atau jalan-jalan untuk melepas beban saat kuliah. Akan tetapi ada juga teman saya yang lebih suka berorganisasi, dia mengatakan bahwa: dunia tak seluas ruang kelas, jadi jika kamu hanya mengandalkan ilmu yang didapat di ruang kelas, kapan kita bisa bersosialisasi di masyarakat kalau bukan kita dapatkan di organisasi. Dan kehidupan kampus tidak akan pernah mengajarkan kepada kita tentang cara membangun karakter dan juga kepedulian terhadap sesama. Dan di dalam organisasi saya bisa mendapatkan apa yang selama ini belum pernah saya dapatkan di dalam kehidupan kampus.
Disinilah kita sangat membutuhkan keseimbangan antara prestasi dalam bidang akademik dan pengalaman berorganisasi.
Kita butuh menjadi mahasiswa akademis yang paham akan berbagai banyak teori sehingga kita dapat lulus tepat waktu dan mendapat IPK sesuai harapan kita dan harapan kedua orang tua dan kita juga butuh menjadi mahasiswa aktivis untuk menambah pengalaman akan berbagai macam fenomena-fenomena sosial sehingga kita sudah mengerti akan situasi kondisi di masyarakat. Tetapi, bagaimana caranya kita dapat menyeimbangkan keduanya secara adil? Caranya adalah bersikap adil dengan membagi rata keduanya atau bisa kita seimbangkan dengan tips berikut ini:
Pertama, kita harus dapat memposisikan diri kita terlebih dahulu. Sesuai dengan pengalaman, saya akan memprioritaskan tugas kuliah terlebih dahulu. Selesaikan tugas kuliah terlebih dahulu, setelah itu barulah mengerjakan tugas-tugas organisasi, sehingga sepenting-pentingnya organisasi bagi mahasiswa, akan tetapi prioritaskan yang lebih utama sebagai mahasiswa yaitu kuliah.
Kedua, buatlah jadwal deadline atau agenda kecil. Hal ini mempermudah mahasiswa untuk dapat memanajemen waktu dengan baik. Sehingga mahasiswa dapat mengetahui kapan waktu untuk membuat tugas kuliah, kapan waktu mengerjakan tugas organisasi, sehingga waktu 24 jam sehari itu dapat bermanfaat dan tidak terbuang sia-sia.
Ketiga, ingat amanah orang tua. Amanah dari orang tua adalah yang pertama yaitu “kuliah”. Kalau kita bisa merasakan bagaimana orang tua mencari biaya kuliah, hati anak manusia mana yang tak tersentuh. Coba renungkan sejenak dalam diri mengingat perjuangan orang tua yang begitu besar kepada kita hinggga kita bisa sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Dengan kita dibayang-bayangi dan melihat jerih payah orang tua kita, maka mahasiswa pun akan sadar dengan dirinya sendiri bahwasanya kita juga harus membuat orang tua kita bangga terhadap kita apa yang kita lakukan.
Namun di sisi lain, seorang mahasiswa juga harus mengembangkan dirinya di luar kelas agar memiliki banyak pengalaman bekerjasama dengan manusia lain, bagaimana bekerjasama, bagaimana menyelesaikan masalah-masalah kehidupan yang tak bisa diselesaikan hanya dengan teori-teori akademik saja tetapi kita juga perlu untuk terjun langsung di dalam kehidupan berorganisasi sehingga kita benar-benar mengimplementasikan peran dan fungsi kita sebagai mahasiswa yakni sebagai agen perubahan di dalam kehidupan masyarakat luas.
Jadi, saran saya kepada semua teman-teman yaitu kalian tetap harus kuliah dan fokus pada target IPK yang ingin diraih, akan tetapi terjunlah di organisasi yang mendukung pengembangan skill akademis, pilihlah organisasi yang berisi orang-orang dengan satu semangat, satu tekad, satu visi kuliah, sehingga antara kuliah dan organisasi dapat mendukung dan saling beriringan. jadikan kuliah itu sebagai prioritas, dan jadikan organisasi untuk totalitas.
Untuk para mahasiswa tetaplah semangat dalam meraih cita-cita dan impian yang ingin dicapai dan diraih. Tetapi disisi lain jangan pernah lupakan peran dan tugas kalian sebagai mahasiswa tadi dan memang harus benar-benar kalian terapkan ke dalam kehidupan kalian selama kalian masih menyandang gelar sebagai mahasiswa. Mungkin itu saja artikel yang dapat saya paparkan pada kesempatan kali ini. Mohon maaf apabila ada salah kata dalam penyampaian materi ini. Sekian dari saya. Jazakallahu Khairan.
Penulis : Septi Sartika (Mahasiswi Program Studi Pendidikan IPA STKIP PGRI Nganjuk)