Seluruh bangsa Indonesia apapun agamanya diharapkan menghormati kemuliaan bulan suci Ramadhan. Setiap memasuki bulan Ramadhan umat Islam diwajibkan berpuasa selama satu bulan dengan tujuan mencapai ketakwaan yang sempurna (QS Al Baqarah [2]: 183). Sebulan penuh umat Islam mengendalikan hawa nafsu dan menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa atau merusak nilai puasa. Rusaknya nilai ibadah puasa bisa karena faktor internal diri manusia atau dari faktor eksternal yaitu faktor lingkungan. Melalui ibadah puasa seorang muslim dilatih agar memiliki karakter kejujuran dan menghayati bahwa keberadaan seseorang diukur dari berapa banyak ia bermanfaat bagi orang lain. Ibadah Ramadhan melatih setiap muslim menjadi manusia yang pemurah dan dermawan.
Ramadhan mendekatkan umat Islam dengan Al Quran melalui kegiatan tadarus, mendekatkan dengan masjid dan jamaah melalui shalat tarawih dan iktikaf, serta mendekatkan dengan saudara-saudaranya yang bernasib kurang beruntung secara ekonomi melalui pemberian zakat fitrah di penghujung bulan Ramadhan. Kehadiran Ramadhan membawa berkah bagi kehidupan bangsa dan Hari Raya Idul Fitri menggerakkan perekonomian.
Bulan Ramadhan yang dipenuhi dengan berbagai macam berkah dan keutamaan. Marilah kita sambut kedatangannya, menghormatinya sebagai mana menghormati tamu. Sebab sabda Rasulullah SAW, ”Jika ummatku mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, pasti mereka berkeinginan supaya semua bulan dalam setahun terdiri dari Bulan Ramadhan seluruhnya. (Mengharap Magfirah, Menuju Mardotillah).
Sikap Kaum Muslimin
Secara psikologis, apabila Bulan Ramadhan tiba, maka sikap kaum muslimin terbagi menjadi dua macam, yaitu:
- Kelompok yang bergembira, mereka sangat bersyukur dan bergembira lantaran masih ditakdirkan panjang umur oleh Allah, sehingga masih memiliki kesempatan bisa bertemu lagi dengan bulan suci, bulan agung yang penuh barokah, yakni Ramadhan.
- Kelompok yang menggerutu. Mereka mengeluh dan sinis karena merasa tidak leluasa lagi seperti hari-hari biasanya. Tidak dapat makan-minum di siang hari, sehingga lapar dan haus, lemah dan sebagainya. Hal ini biasanya dialami oleh mereka yang imannya masih lemah.
Kelompok Umat Islam
Sekalipun demikian yang perlu diketahui bersama adalah, bahwa dalam menghadapi puasa ini, orang-orang islam terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
- Puasa karena iman dan taqwa hanya kepada Allah, seakan-akan apa yang sedang dan akan ia kerjakan, Allah selalu mengetahuinya, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Ia beribadah hanya kepada Allah seakan-akan ia melihat-Nya dan jika tidak, maka Allah pasti melihatnya.”
- Puasa karena malu pada orang yang disegani, sehingga yang didapat kelompok ini hanyalah lapar yang tidak dapat mempengaruhi prilaku perbuatan sehari-harinya, akibatnya ia tertipu oleh diri sendiri.
- Kelompok Puasa orang yang tidak malu untuk tidak berpuasa.
Semua ibadah yang terkait dengan Ramadhan mengandung hikmah untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya. Ibadah Ramadhan adalah pendidikan keshalehan ritual dan keshalehan sosial bagi setiap muslim. Mengutip buku Prof. K.H. Saifuddin Zuhri berjudul Secercah Da’wah (1983), bahwa Nabi Yusuf alaihi salam yang bertahun-tahun mengendalikan pemerintahan Mesir sebagai Perdana Menteri, selama hidupnya melakukan puasa berselang-seling hari, sehingga praktis dalam separuh hidupnya berpuasa. Salah seorang menterinya bertanya, kenapa Perdana Menteri rajin melakukan puasa? Jawab Nabi Yusuf, “Agar tidak melupakan nasib orang-orang yang lapar!”
- Kesemarakan kegiatan ibadah dan kajian keislaman di masjid-masjid dan di perkantoran selama bulan suci Ramadhan merupakan fenomena kontemporer yang patut disyukuri dan diapresiasi. Hal itu diharapkan semakin meningkatkan pemahaman terhadap ajaran Islam yang sumber utamanya ialah Al Quran dan Sunnah. Seseorang yang tidak memahami ajaran agamanya tidak akan mungkin menjadi manusia yang beragama dengan baik. Oleh karena itu para khatib dan mubaligh selama Ramadhan diharapkan menyampaikan substansi pesan-pesan Islam yang relevan dengan perkembangan zaman. Dakwah Islam harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat modern yang haus akan nilai-nilai agama dan pimpinan moral.
- Islam adalah way of life yang harus memandu kemurnian akidah, kesempurnaan ibadah dan muamalah serta pedoman berperilaku bagi umatnya. Menjalankan ajaran Islam haruslah memiliki ilmu, bukan hanya berdasar pemahaman sebagai masyarakat awam. Untuk itu dakwah islamiyah harus semakin meningkat dari waktu ke waktu, termasuk dari segi bobot dan kualitasnya. Kualitas dakwah tidak hanya ditentukan oleh sarana dan metode yang digunakan, tapi juga kepribadian para da’i atau juru dakwah sebagai kunci keberhasilan dakwah.
- beragama tidak cukup hanya di masjid dan selama Ramadhan, tetapi haruslah menjadi budaya di masyarakat. Menjadi pribadi yang shaleh dan takwa tidak cukup haKeshalehannya di atas sajadah shalat dan selama Ramadhan, tetapi juga di pasar, di kantor, di jalan raya, di gedung parlemen dan sebagai penyelenggara negara, kapan dan dimana pun.
- Selain itu, ibadah puasa seharusnya bisa mengikis gejala materialisme dan individualisme yang menodai fitrah manusia serta merusak idealisme menyangkut kebenaran, keadilan dan kemanusiaan. Merebaknya pengaruh materialisme dan individualisme secara perlahan akan menghancurkan nilai-nilai pergaulan dan harmoni dalam masyarakat.
Sekali lagi kita mengajak semua kalangan untuk menghormati kemuliaan bulan suci Ramadhan. Bagi yang karena satu dan lain hal tidak berpuasa atau memang tidak menjalankan puasa diharapkan toleransinya untuk menghormati kaum muslimin yang sedang menjalankan ibadah puasa. Suasana puasa Ramadhan bukan sesuatu yang baru, tapi sudah berabad-abad menyatu dengan kehidupan bangsa Indonesia sebagai bangsa muslim terbesar di dunia. Keagungan bulan suci Ramadhan yang menghadirkan kesyahduan beribadah juga perlu dijaga oleh seluruh umat Islam. Ramadhan tidak boleh dinodai dengan hal-hal yang dapat mengurangi kemuliaan Islam.