Opini

Indonesia Gagal Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U 20: Antara Politik dan Sepak Bola

5 Mins read

Sejuk.IDPembatalan piala dunia U 20 dinyatakan ketika FIFA membatalkan drawing Piala Dunia di Denpasar, Bali pada 31 Maret 2023, pembatalan sejalan dengan penolakan kepada tim nasional Israel yang juga lolos menjadi peserta sehingga kemungkinan besar akan bermain di Indonesia. Timnas Israel adalah runner up dari Grup B Piala Eropa U-19 2022. Kemudian Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) melalui pertemuan pers pada 29 Juni 2022 menolak kedatangan Israel. Sejak saat itu, satu persatu kelompok masyarakat pun mulai meyuarakan penolakan.

Jika kita melihat tentang kemanusiaan dan kesejahteraan yang standart ganda bukan hanya FIFA tapi juga kita mengatas namakan Palestina sedangkan di balik itu juga kita bertutup mata atas ketidakadilan yang terjadi pada tragedi terbesar terhadap penindasan maupun pembantain banyak nyawa yang pelakunya di vonis hukuman ringan sehingga bebas dan mengalihkan tanggung jawab entah kemana.

Namun, Israel yang ditolak main di Indonesia tetap bisa main di Piala Dunia U-20, begitu juga dengan Palestina. Sedangkan kita menggugurkan mimpinya sendiri batal jadi tuan rumah batal juga main di Piala Dunia U-20. Jika kita tinjau lagi dari pandangan politik, terpilihnya Bapak Erick Thohir menjadi ketua PSSI sangat sulit dipisahkan dari agenda politik di 2024 nantinya, apalagi di tambah kusak-kusuk Bapak Zainuddin Amali yang menjadi Wakil Ketua I PSSI yang padahal Ibu Ratu Tisha mengantongi suara terbanyak dalam pemilihannya.

Shin Tae-Yong mengungkapkan “Sakit hati dan lelah, saya bisa merasakan lelahnya para pemain apalagi latihan persiapan sudah tiga tahun enam bulan saya juga pernah memegang piala dunia saat di Korea tahun 2017 jadi saya tahu dengan adanya piala dunia akan berdampak baik kepada persepakbolaan negara tersebut sangat disayangkan tidak bisa digelar dan menghancurkan impian para pemain Indonesia, saya tidak bisa berkata-kata lagi,” ungkapnya.

Ketua PSSI Erick Thohir telah mengusulkan kepada FIFA apa yang menjadi permasalahan di Indonesia dalam masyarakat yang mengajukan pendapat tapi FIFA menolaknya hingga pada sampai jalan tengah tentang mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan FIFA mengatakan tidak bisa karena hal tersebut termasuk diskriminasi karena politik tidak bisa di campurkan ke sepak bola. “Sepak bola memiliki aturan tersendiri yang laws off the game dan juga mempunyai kedaulatan tersendiri yang memiliki aturan-aturan sendiri dalam konteks reg sportivy ini yang perlu kita pahami bersama. Sehingga, sepak bola itu sangat alergi di masukkan unsur-unsur politik, kenapa? karena sepak bola jatuhnya football for unity (sepak bola untuk persatuan) dan lewat piala dunia ini persatuan ini akan coba di bangun dengan sepak bola.” Ujar Akmal marhali (pengamat sepak bola).

Kalau kita membicarakan Israel bisa di gambarkan bahwa terdapat atlet Mikhail Yakovlev mewakili negaranya dalam ajang balap sepeda UCI Track Cycling Nations Cup 2023
di Internasional Velodrome di Jakarta kemudian di bulan januari atlit penembak dari israel Sergy Richter kemudian akhir tahun 2022 ada kejuaraan Dunia panjat tebing 2022 atau International Sport Climbing (IFSC) World Cup 2022 kemudian di Inter Parliamentary Union 20-22 maret, nah kalau kita bicara soal politik yang tepat adalah di Inter Parliamentary Union kemaren di sana politik yang paling pas bukan di sepak bola.

Pelatih dari Palestina itu adalah orang Israel yang bernama Azmi Nassar kemudian pemain israel itu terdapat juga orang muslim Dia Mohammad Saba, Walid Badir, Moanes Dabbur, Beram Kayal bahkan striker utama yang bernama Ahmad Salman itu orang islam yang setiap mencetak gol di melakukan sujud syukur bahkan kapten Bibras Natkho itu juga termasuk golongan dari orang muslim artinya terdapat sodara Islam juga di Israel jika kita berbicara dalam konteks keislaman tapi bukan juga kita mendukung timnas israel apa yang seperti di sampaikan Bapak Presiden Jokowi dodo bahwa “Kita tegas mendukung Hukum Kemerdekaan Palestina.” Sama halnya di sampaikan oleh Nuhair Alsun “Nahnu nu’minu la yughaiyir.” kita percaya dan bahkan tidak berubah akan mendukung kemerdekaan Palestina itu fakta, artinya kita hanya perlu tindakan tidak hanya memprovokasi karena di Islam mengajarkan ketika orang tuanya tidak bisa di ajak mendapatkan hidayah.

Nabi mengajarkan tidak apa-apa kita tunggu anaknya ketika anaknya tidak bisa tidak mengapa masih ada cucunya.
Kita tarik Israel yang dulu tidak bisa kita ajak berdamai tapi Israel yang sekarang hadir adalah mereka anak muda yang ada potensi untuk berubah ada potensi agar di ajak bersama-sama menengakkan perdamaian di atas Dunia agar tidak ada perpecahan antara Israel dengan Palestina ini yang perlu kita tanamkan.

Maka, jangan kita benci dengan sebuah kaum, sehingga membuat kita berbuat tidak adil, di dalam islam dijelaskan “Janganlah kebencian atas suatu kaum bisa membuat kamu berbuat tidak adil.” Pada Qur’an Surah Al-Maidah ayat 8 dan dijelaskan dalam Tafsir Al-Maraghi bahwa, ketika itu dalam peristiwa Fathul Makkah Nabi ingin masuk ke dalam Ka’bah ketika mau masuk yang pegang kunci Ka’bah ialah yahudi yang bernama Ustman bin Talhah bin Abi Talhah kemudian sahabat Ibnu Abbas berkata, “Wahai Rasulullah ambil kuncinya serahkan ke Ali bin Abi Thalib karena kita yang paling berhak memegang kunci itu.”

Kemudian Nabi masuk lalu meminta kunci kepada Usman bin Talhah dan masuk membersihkan gambar dan peninggalan Nabi Ibrahim baru thawaf satu putaran Malaikat Jibril turun dan turunlah ayat ini yang artinya dalam di tarik ke konteks Piala Dunia saat ini Israel punya hak ikut piala Dunia karena berdasarkan kualifikasi bukan berdasar keinginan dan keputusan politik bukan juga berdasar hadiah politik tapi Israel mampu lolos kualifikasi dan memang berhak untuk melakukan dalam rangka football family bahwa sepak bola itu alat diplomasi yang paling ampuh untuk perdamaian dunia seperti halnya Inggris melawan Argentina di selesaikan lewat sepak bola Korea selatan dengan Korea Utara yang bersitegang selama 80 tahun juga di selesaikan lewat sepak bola Irak dan Iran bertempur di selesaikan dengan sepak bola dan kita juga berharap Israel dengan Palestina kemudian bisa di perjuangkan lewat sepak bola Indonesia lewat Piala Dunia U-20 ini salah satu tujuan juga agar kedepannya kita di pandang baik dan mampu dalam menjalankan amanah dunia dan mampu di akui.

Sehingga, cabang lomba yang lainnya kita akan di permudah. Jika nama Indonesia sudah tercoreng, Indonesia tidak akan punya kejuaraan kancah secara Internasional. Hanya karena kita tidak mau memisahkan sepak bola dengan politik dan bisa menghilangkan semangat anak bangsa serta mengubur mimpi dan bakat mereka yang bisa pula ini adalah batu loncatan pertama bagi Timnas Indonesia bermain di Piala Dunia dan justru dengan adanya penolakan ini Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA dalam surat keputusan FIFA.

Surat keputusan FIFA tersebut terdapat 3 hal. Pertama, Indonesia di coret dari tuan rumah. Kedua, FIFA segera mencari ganti tuan rumah secepatnya sehingga tidak merubah waktu dilaksanakannya Piala Dunia. Ketiga, FIFA akan memberikan sanksi terhadap Indonesia namun yang perlu di garis bawahi FIFA adalah dari keputusan di atas FIFA tetap berkomitmen untuk membantu PSSI bekerja sama dengan Presiden Jokowi untuk melakukan transformasi sepak bola Indonesia pasca tragedi Kanjuruhan.

Jadi, meskipun FIFA membenci tetapi FIFA tetap berkomitmen akan mengoptimalakan dalam pemulihan kasus Kanjuruhan lewat badan tim tranformasi. Presiden Joko Widodo juga sudah mengerahkan semuanya termasuk intel, keamanan Negara dan ketua dari pihak asisosiasi. Karena sepak bola adalah suatu kegembiraan.

Maka dari itu, tidak patut kita jadikan kegaduhan, justru kita akan menunjukan bahwa kita bangsa yang ramah cinta damai karena kita punya pancasila kita lihat di Uni Emirat Arab yang tidak memiliki pancasila namun mampu menjadi kiblat toleransi dari Dunia Arab dan Dunia Islam yang sampai Abu Dhabi memiliki rumah Abraham rumah 3 agama yakni sinagoga, gereja, dan masjid.

Termasuk sesuatu yang positif dan harusnya Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim terbanyak di dunia dan memegang pancasila maka kita yang harusnya sangat layak menjadi kiblat toleransi dunia Islam maka kita bisa menciptakan persatuan dan kesatuan dengan cara-cara diplomasi tanpa melegitimasi penjajahan dan dapat mengurangi rasa kemanusiaan kita sehingga meninmbulkan keburukan tidak perdamaian yang kita harap bersama dan mungkin ada pertimbangan FIFA antara pro dan kontra yang ada di Indonesia ini di Piala Dunia bahwa Timnas Israel bisa di ajukan banding main di luar Indonesia agar menghormati perbedaan pendapat masyarakat yang ada tetapi apapun keputusan FIFA pada akhirnya kita tidak boleh larut di dalamnya bangkit dan terus berkarya menunjukkan bahwa sepak bola Indonesia benar-benar mampu lolos kualifikasi piala dunia tidak karena menjadi tuan rumah dan juga dengan harapan Indonesia tidak mendapat sanksi yang berat sehingga kita tidak sampai di coret dari FIFA.

Lantas mengapa Rusia itu di coret oleh UEFA, sebab inflasi kepada Ukraina karena adanya permintaan dari negara lain menentang keikutsertaan Rusia berbeda dengan Israel bahkan Palestina saja rela Indonesia karena urusan sepak bola dan memakluminya mereka yakin bahwa Indonesia mampu menjaga Kemerdekaan Palestina.

Penulis: Izza El-Dien Purnama Winardi (Mahasiswa Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah Malang)

780 posts

About author
Pemuda yang senang belajar dan berbagi dengan sesama.
Articles
    Related posts
    OpiniPolitik

    Waspada “Kelompok Agamis” : Menggembosi Aksi Mengawal Demokrasi

    4 Mins read
    Opini

    Literasi di Era Scrolling: Menemukan Makna di Tengah Informasi

    4 Mins read
    OpiniPolitik

    Senja Demokrasi Dinasti Jokowi

    5 Mins read

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *