BeritaNasional

Harmoni Asia: Multikulturalisme sebagai Katalis Keselarasan Sosial

2 Mins read

SEJUK.ID – Di tengah keragaman budaya, etnik, dan agama yang luar biasa, Asia menunjukkan bagaimana multikulturalisme dapat menjadi pondasi bagi keselarasan sosial, kemajuan ekonomi, dan stabilitas politik. Kawasan yang menjadi rumah bagi ribuan identitas budaya ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang untuk hidup berdampingan secara harmonis. Dalam konteks ini, dialog interbudaya, kebijakan yang mendukung keberagaman, serta penghargaan terhadap perbedaan budaya menjadi kunci penting.

Dedik Fitra Suhermanto, M.Hub.Int., seorang ahli dalam studi hubungan internasional, menyampaikan perspektifnya dalam kelas bertajuk “Multiculturalism as the Catalyst for Harmonizing in Asia”. Kelas yang merupakan bagian dari Eurasia Lecture Series ini diselenggarakan melalui kolaborasi Program Studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Eurasia Foundation.

“Masyarakat Asia memiliki potensi luar biasa untuk membangun kohesi sosial melalui pengelolaan keberagaman. Multikulturalisme adalah katalis, bukan hanya untuk harmoni sosial, tetapi juga untuk menciptakan inklusi dan pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Dedik, membuka sesi yang menarik perhatian para peserta dari berbagai latar belakang.

Keberagaman di Indonesia: “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai Inspirasi

Indonesia, dengan semboyannya yang terkenal, “Bhinneka Tunggal Ika” atau “Kesatuan dalam Keberagaman,” menjadi salah satu contoh bagaimana multikulturalisme dapat diterapkan. Dedik menjelaskan bahwa meskipun kohesi sosial relatif terjaga, tantangan berupa ketegangan etnis dan agama tetap ada. Namun, otonomi daerah memberikan ruang bagi kelompok etnis untuk mempertahankan identitasnya.

“Otonomi daerah memungkinkan keberagaman di Indonesia tetap lestari, bahkan dalam kerangka nasional. Prinsip ini menjadi pengikat yang menjaga kebinekaan tetap hidup tanpa mengorbankan persatuan,” ujar Dedik dengan penuh optimisme.

India: Demokrasi Multikultural yang Kokoh

Di sisi lain, India memberikan gambaran berbeda tentang bagaimana multikulturalisme dapat berjalan selaras dengan demokrasi. Negara ini menjamin kebebasan beragama dan melindungi bahasa-bahasa minoritas melalui konstitusinya. Dedik mengungkapkan bahwa beberapa wilayah seperti Punjab dan Tamil Nadu menunjukkan bagaimana otonomi budaya mampu mengurangi gesekan antar kelompok.

“India adalah bukti nyata bahwa konstitusi yang kokoh dapat menjadi pijakan kuat untuk menjaga harmoni dalam keberagaman,” katanya.

Multikulturalisme sebagai Alat Inklusi Sosial

Dedik menekankan bahwa multikulturalisme bukan hanya alat untuk menghindari konflik, tetapi juga sarana untuk memastikan inklusi sosial. “Implementasi yang baik memastikan semua elemen masyarakat merasa terwakili. Ini adalah inti dari keberlanjutan sosial,” tuturnya.

Ia menutup diskusi dengan menggarisbawahi pentingnya pengelolaan keberagaman dalam menciptakan masyarakat yang harmonis. “Prinsip-prinsip multikulturalisme yang diterapkan dengan baik akan menjadi fondasi penting bagi masa depan kawasan Asia yang lebih damai dan makmur.”

Diskusi ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana keragaman dapat menjadi kekuatan, bukan ancaman, ketika dikelola dengan pendekatan yang bijak. Asia, dengan segala keunikannya, terus menunjukkan bahwa harmoni dalam keberagaman adalah hal yang sangat mungkin diwujudkan. (*)

780 posts

About author
Pemuda yang senang belajar dan berbagi dengan sesama.
Articles
    Related posts
    BeritaNasional

    Rakernas Lazismu Resmi Ditutup, Target Penghimpunan ZISKA Sebesar 610 Miliar

    1 Mins read
    BeritaDaerah

    Meriah, PDM Depok Gelar Puncak Milad ke-112 Muhammadiyah

    1 Mins read
    BeritaNasional

    Lima Kantor Lazismu Siap Implementasikan Program Kampung Berkemajuan

    1 Mins read

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *