SEJUK.ID – Sudahkah anda membuka berita seminggu ini ? Pasti ada akan mendapatkan berita tentang Resesi ekonomi. Banyak pakar ekonomi dan bank dunia memprediksi bahwa laju ekonomi pada tahun 2023 penuh dengan sentimen negatif. Ada banyak faktor kenapa hal ini bisa terjadi. Mulai dari perang antara Rusia dan Ukraina, efek pandemi covid 19 belum sepenuhnya usai, tersendatnya distribusi pangan hingga laju inflasi yang tidak terkendali. Konon efek dari Resesi tahun 2023 bisa separah saat perang dunia kedua.
Masyarakat tentu panik, mereka bingung harus melakukan kesiapan seperti apa. Apalagi dengan kondisi ekonomi sebagian masyarakat Indonesia yang berada pada golongan menengah kebawah. Untuk makan saja sulit, apalagi untuk menyuap uang cadangan.
Lalu bagaimana pengaruh krisis ekonomi untuk Indonesia ? Apakah kita punya APBN yang kuat untuk menghadapi Resesi ? Lalu apa yang akan pemerintah lakukan untuk mengatasi hal ini.
Dalam artikel ini kita membahas lebih dalam tentang krisis ekonomi Indonesia. Penasaran ? Silahkan simak uraian berikut ini:
Bernahkah Resesi Ekonomi Buat Indonesia Krisis
Sebenarnya kalau berbicara krisis Indonesia memiliki banyak pengalaman untuk menghadapinya. Yang pertama ada krisis ekonomi tahun 1998. Waktu itu nilai rupiah terjun bebas hingga berada dalam harga 14.700 per dollar. Jumlah PDB mengalami penurunan hingga 13,31 % dan lebih parah adalah tingkat inflasinya yang mencapai 77,6 %. Ekonomi negara hancur, harga barang naik signifikan dan terjadi beberapa penjaran di berbagai kota Indonesia. Bahkan presiden Soeharto harus lengser karena situasi tersebut.
Yang kedua Indonesia pernah krisis ekonomi tahun 2008. Penyebabnya lebih pada faktor eksternal. Waktu itu terdapat perusahaan investasi bernama Lehman Brothers yang bangkrut karena menawarkan KPR dengan kemasan Instrumen Derivatif. Hal ini jadi masalah ? Karena orang yang tidak mempunyai keuangan bagus/tidak punya pengalaman kredit bisa mendapatkan pelayanan KPR.
Lehmann Brother bangkrut karena banyak nasabahnya tidak bisa membayar KPR. Di perparah dengan The Fed ( Bank Amerika ) yang menaikkan bunga hingga 5,25 %. Akibatnya industri properti Amerika serikat jatuh dan menyebabkan efek domino hingga Negara seperti Indonesia terkena efeknya. Untungnya karena sistem ekonomi Indonesia sudah lebih kuat, salah satunyadengan menjadikan Bank Indonesia sebagai lembaga independen. Indonesia lolos dari krisis
Dan yang terakhir adalah krisis ekonomi tahun 2013, Indonesia mengalami penurunan neraca transaksi berjalan sebesar US$ 9,9 Milliar. Yang artinya membengkak 69% dari kuartal sebelumnya.
Indonesia berkali-kali pernah pernah mengalami krisis ekonomi, untungnya Indonesia selalu punya cara untuk bounce back. Kita kembali pada bahasan awal, apakah Indonesia bisa menghadapi Resesi tahun 2023?
Waspada Hadapi Resesi Ekonomi
Beberapa waktu lalu presiden Joko widodo memberikan statement pada seluruh jabatannya agar menyiapkan rencana dan kewaspadaan karena tahun 2023 nanti ekonomi akan berjalan gelap. IMF memperkirakan ekonomi Hanya akan tumbuh 2,7 % saja. Seorang Ekonom terkenal dunia, Nouriel Roubini mengatakan Resesi 2023 adalah efek akumulasi dari pertumbuhan ekonomi yang rendah dan tingkat Inflasi yang tinggi.
Efek Resesi 2023 sudah mulai dirasakan berbagai negara di kawasan Eropa. Menurut data dari eurostat , presentase inflasi rata-rata menyentuh angka 8,9 year-on-years. Beberapa negara seperti Jerman mulai kehilangan stock energinya karena perang Rusia – Ukraina, belum lagi dengan kenaikan harga BBM dan kebutuhan pangan.
Pemerintah Indonesia tidak boleh menyepelekan masalah Resesi, meskipun menurut beberapa ahli ekonomi, Indonesia dikatakan tidak akan mengalami efek terlalu parah karena Resesi. Kewaspadaan dan penghematan harus dilakukan negara. Karena Resesi 2023 akan terjadi banyak krisis. Keuangan, Kesehatan, energi hingga pangan.
Indonesia terbantu secara geologis politiknya yang tidak bersinggungan langsung dengan daerah konflik Rusia-Ukraina. Ini bisa menjadi kesempatan untuk mengatur siasat ekonomi yang lebih baik.
Optimisme Hadapi Resesi Ekonomi
Data – data ekonomi yang dikeluarkan oleh presiden Joko Widodo juga menyiratkan rasa optimisme, Indonesia akan survive terhadap krisis ekonomi. Angka pertumbuhan Indonesia tumbuh 5,4 % di kuartal 2 2022, termasuk yang tertinggi di kawasan Asia. Tingkat konsumsi masyarakat juga meningkat sehingga PDB Negara semakin kuat.
Data menunjukkan bahwa tingkat inflasi Indonesia termasuk rendah hanya 4,9 %, sementara negara asia lain sudah mencapai angka inflasi 7% bahkan negara Inggris sudah inflasi diangka 10%. Dengan akan ini rasanya realistis untuk Indonesia bisa menghadapi Resesi 2023.
Presiden Jokowi juga mengatakan agar masyarakat tidak perlu khawatir Berlebihan. Karena pemerintah sudah jauh-jauh hari menyiapkan diri menghadapi skenario terburuk dalam ekonomi.
Untuk ketersediaan bahan pangan seperti beras, cabai dan telur stock-nya mencukupi dan berada pada kisaran harga yang aman. Untuk mendongkrak ekonomi masyarakat menengah kebawah, pemerintah juga menyiapkan APBN untuk pemberian Insentif ekonomi.
Pesan Khusus Presiden Jokowi Kepada Masyarakat
” IMF sudah mewanti-wanti tahun 2023 nanti ekonomi gelap. Ada 3 – 4 Krisis yang bisa terjadi. Masyarakat tidak perlu panik, Indonesia memiliki kesiapan yang bagus untuk menghadapi kondisi tersebut. Secara garis besar ekonomi kita berada dalam trek yang benar. Namun demikian masyarakat harus waspada. Hindari perilaku konsumtif dan mulai belajar mengumpulkan dana darurat”
Penutup
Resesi ekonomi 2023 memang akan berdampak luas dalam skala global. Harga minyak naik, distribusi bahan pokok tersendat, nilai uang jatuh, ini adalah efek-efek Resesi yang bisa terjadi tahun depan. Namun dengan pengalaman Indonesia yang pernah menghadapi hal serupa pada tahun 1998, 2008 dan 2013. Ditambah lagi dengan laporan ekonomi Indonesia yang membaik. Baik dari sisi pertumbuhan ekonomi, PDB, tingkat Inflasi dan fiskal. Kita mempunyai momentum yang cukup bagus untuk bisa menghadapi situasi tersebut.
Masyarakat tidak perlu panik, namun harus tetap waspada. Mulai kurangi belanja tidak perlu, perbanyak investasi dan rajin Mendengar saran dari pemerintah, agar Resesi ekonomi bisa terlewati secepatnya