SEJUK.ID – Setelah sukses meresmikan ulang perpustakaan ketiga pada 25 Maret 2022 di rumah dinas No. A-24 kompleks kampus IPDN Jakarta Selatan, Tjahjo Suprajogo, seorang pegiat literasi, kini melangkah lebih jauh dengan merintis sebuah mini museum. Museum ini direncanakan untuk mengangkat tema sejarah kebudayaan Indonesia, asal-usul manusia Nusantara, kemaritiman, dan jalur rempah. Proyek ini merupakan kelanjutan dari upaya Tjahjo dalam membangun literasi di tengah masyarakat melalui tiga perpustakaan sebelumnya yang telah ia dirikan.
Ketiga perpustakaan tersebut adalah Perpustakaan Studi Islam dan Ilmu Pengetahuan (PSI2P), yang juga dikenal sebagai perpustakaan Sahri Muhammad, Tjahjo Suprajogo, dan Rasyunah Aziz di Malang; Taman Baca Masyarakat Cahaya, yang kini dikenal sebagai Garasi dan Saung Baca di rumah dinas kampus IPDN Jakarta Selatan; serta Perpustakaanku Rumah Belajarku (PRB) Chrysant di Desa Singajaya, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Ketiga perpustakaan ini memiliki ribuan koleksi buku yang mencakup berbagai bidang ilmu, mulai dari sosial dan humaniora hingga ilmu alam seperti fisika, kimia, dan biologi. Selain itu, tersedia pula kitab-kitab keagamaan, buku parenting, strategi bisnis, hingga buku-buku cerita anak yang menarik dan penuh warna.
Langkah besar berikutnya dimulai pada Senin, 13 Januari 2025, saat Tjahjo mencanangkan pendirian mini museum di PRB Chrysant. Ruangan berukuran 1 x 9 meter telah disiapkan, lengkap dengan empat rak yang berisi koleksi awal, termasuk buku-buku tentang sejarah keris, alat seni tradisional Nusantara, rempah-rempah, serta tanaman pertanian dan perkebunan di Indonesia. Di antara koleksi tersebut, terdapat karya-karya penting seperti Kota Keajaiban Benua Maritim: Ambon Abad XVII karya Rumphius dan Kepulauan Nusantara: Sebuah Kisah Perjalanan oleh Alfred Russel Wallace.
Untuk memperkaya museum ini, Tjahjo mengharapkan partisipasi dari berbagai pihak, mulai dari kolega, komunitas literasi, hingga lembaga pemerintah seperti Direktorat Sejarah dan Kebudayaan dan Bappenas. Harapan ini juga melibatkan kolaborasi dengan Yayasan Negeri Rempah, yang telah memberikan dukungan berupa infografis jalur rempah, peta sebaran rempah, dan linimasa jalur rempah Eropa. Langkah ini merupakan bagian dari upaya mendukung pengakuan jalur rempah sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Selain fokus pada rempah dan kemaritiman, museum ini diharapkan mampu menampilkan koleksi yang berhubungan dengan asal-usul manusia Indonesia, keberagaman suku bangsa, flora dan fauna Nusantara, hingga sejarah pemerintahan tradisional. Sebagai dosen kebijakan publik dan sosiologi pemerintahan berbasis kearifan lokal, Tjahjo juga berencana menampilkan artefak yang relevan dengan sejarah pemerintahan Nusantara. Untuk menarik minat pengunjung, museum akan dilengkapi dengan alat peraga seperti rempah-rempah khas Nusantara, termasuk lada, cengkeh, pala, dan kayu manis.
Keberadaan museum ini, bersama perpustakaan dan taman baca yang semakin marak di berbagai wilayah Indonesia, diharapkan dapat meningkatkan minat generasi milenial dan Gen Z terhadap sejarah dan budaya bangsa. Dukungan kolaboratif antara Perpustakaan Nasional, Kementerian Pendidikan, Kementerian Kebudayaan, serta komunitas literasi dan maritim, menjadi kunci dalam membangun kecintaan terhadap literasi dan pelestarian budaya.
Melalui gerakan ini, Tjahjo ingin memotivasi generasi muda untuk aktif mengembangkan edu-cultural-tourism, yakni wisata berbasis pendidikan dan budaya. Dengan peningkatan literasi yang masif, Tjahjo optimis Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih unggul, maju, dan bermartabat di mata dunia. “Tidak ada alasan lagi bagi negara-negara lain untuk memandang negatif kita,” tutup Tjahjo dengan penuh harap. (*)