Oleh: Avis Intan Ayu Anjarwati*
Tanpa disadari, perkembangan zaman berdampak besar pada generasi muda saat ini, membawa sejumlah dampak positif dan negatif. Di antara dampak positifnya, generasi muda lebih mudah mengakses informasi global dan mendapatkan edukasi lintas negara, yang dapat memperkaya wawasan pendidikan mereka. Sementara itu, dampak negatifnya mencakup masuknya berbagai aspek budaya luar ke Indonesia, yang kadang-kadang mengikis rasa cinta terhadap budaya lokal.
Generasi muda saat ini menjadi harapan bagi kemajuan dan perkembangan bangsa Indonesia. Mereka tidak boleh terlena dalam masa depannya; sebaliknya, mereka harus diakui dan dibimbing dengan berbagai pemahaman, termasuk pemahaman nasional, budaya, politik, dan pendidikan agama.
Problema yang dihadapi oleh generasi muda saat ini adalah kehilangan rasa cinta terhadap negara mereka sendiri. Salah satu ekspresi cinta terhadap Indonesia adalah dengan mendukung produk lokal dan berpartisipasi dalam melestarikan kekayaan budaya tanah air.
Sayangnya, generasi sekarang sering kali terlalu bangga dengan produk luar negeri yang harganya cukup tinggi. Sebagai penerus bangsa, kita perlu menanamkan kecintaan pada tanah air dan kebanggaan terhadap produk-produk buatan Indonesia.
Generasi muda terkadang lupa bahwa budaya Indonesia adalah warisan berharga. Banyak unsur budaya yang perlahan-lahan menghilang karena kalah bersaing dengan budaya asing yang masuk ke Indonesia. Perkembangan zaman membuat generasi muda terlupa akan pentingnya memegang teguh prinsip kebhinekaan. Kemajuan suatu bangsa juga sangat dipengaruhi oleh semangat kebhinekaan.
Kebhinekaan merupakan realitas yang tak bisa diabaikan karena memegang peranan penting dalam mendorong perdamaian di dalam masyarakat dan negara. Masyarakat harus mengartikan kebhinekaan melalui pemahaman multikulturalisme yang berakar pada kekuatan spiritualitas. Perbedaan etnis, agama, dan ideologi adalah bagian integral dari sejarah Indonesia, di mana semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dan toleransi menjadi perekat untuk menyatukan dalam keberagaman.
Semangat kebhinekaan harus ditanamkan pada generasi muda, karena kemerdekaan Indonesia terwujud berkat tingginya semangat nasionalisme. Pada masa penjajahan, tanpa kebhinekaan dan nasionalisme yang dimiliki para pahlawan, Indonesia tidak akan pernah merdeka.
Generasi muda perlu disadarkan akan pentingnya kebhinekaan. Tujuannya adalah memperkuat persaudaraan antar bangsa, mendorong toleransi dengan negara lain, menumbuhkan semangat menjaga kedaulatan bangsa, serta merawat keberagaman budaya Indonesia. Penting untuk diingat bahwa Indonesia lahir dari keragaman etnis yang berbeda. Harapannya, perbedaan suku, ras, dan budaya di Indonesia dapat memperkuat persatuan dan kesatuan, serta saling menjaga keberagaman.
Para generasi muda dapat berperan aktif dalam meningkatkan semangat kebhinekaan dengan mencintai produk dalam negeri, bangga terhadap budaya lokal, menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan mengukir prestasi sebanyak mungkin di tingkat nasional maupun internasional.
Problematika terkait cinta tanah air masih kerap terjadi di Indonesia, terutama terkait perdebatan seputar perbedaan suku, agama, ras, dan budaya. Konflik yang timbul akibat perbedaan tersebut masih sering terjadi di kalangan beberapa individu. Meski demikian, semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi pijakan yang memberi arti bahwa meskipun berbeda-beda, kita tetap satu.
Semboyan ini berfungsi sebagai sarana untuk menyatukan bangsa. Harapannya, dengan adanya semboyan ini, perpecahan antar warga Indonesia dan bangsa lain dapat dihindari. Pada dasarnya, kita semua adalah bagian dari bangsa Indonesia yang satu. Dengan banyaknya perbedaan yang telah diuraikan, sebagai generasi muda penerus bangsa, kita diharapkan bersama-sama menghidupkan kembali nilai kebhinekaan dan prinsip Pancasila.
Ada banyak contoh dan cara untuk mengamalkan semangat kebhinekaan dalam diri kita, salah satunya dengan aktif mengikuti kegiatan budaya di daerah masing-masing.
*) Mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Fathan Faris Saputro