Oleh: Raychan Assabiq*
Bagi beberapa kalangan mungkin susah membedakan antara maulid Muhammad dan maulid Nabi. Maulid Muhammad merupakan hari dilahirkanya sosok Muhammad sebagai manusia di dunia yakni bertepatan pada tanggal 12 robi’ul awal Sebelum hijriyah, sedangkan Maulid nabi merupakan hari dilantiknya sosok Muhammad SAW sebagai nabi serta Rosul terakhir sebagai penutup risalah kenabian.
Lahirnya sosok uswatun khasanah, merupakan suatu anugerah yang diberikan Tuhan untuk seluruh makhluk ciptaan Tuhan yang hidup di alam semesta, terutama meningkatkan derajat perempuan dan menyelamatkan umat manusia dari kebodohan atau sering disebut dengan istilah jahiliyah.
Kondisi bangsa arab, terutama kota mekah menganggap seorang perempuan sebagai alat pemuas nafsu dan dijadikan budak pekerja, bahkan setiap bayi yang berjenis kelamin perempuan di bunuh secara kejam karena merasa malu memiliki bayi perempuan, diskriminasi terhadap perempuan sudah menjadi budaya turun-temurun, minimnya moral dan akhlak serta egosentrisme demi memiliki keturunan yang unggul, budaya patriarki yang mandarah daging.
Memperingati Maulid Nabi sebagai Refleksi Memuliakan Perempuan
Baginda Rosululloh SAW. mengajarkan pendidikan moralitas terhadap perempuan, sebagai manusia yang bermoral tentunya melindungi kaum-kaum tertindas, khususnya umat Islam, penulis mencoba untuk merefleksikan salah satu potongan ayat an-nisa ayat 34 yang berbunyi “Arrijalu Qowamunna ‘Alaanisa” yang artinya, laki-laki adalah pelindung bagi perempuan.
Islam sebagai agama tauhid yang dipahami sebagai simbol ke esaan Tuhan, penulis mengajak pembaca untuk memperluas pandangan tentang tauhid, bahwa Islam tidak hanya memandang tentang ke esaan Tuhan saja, namun Islam juga memandang tentang kemanusiaan terutama penindasan terhadap perempuan.
Risalah beliau mengajarkan seluruh umat manusia untuk memanusiakan manusia, tidak perlu memandang agamanya apa, namun cukup jadi manusia saja untuk berbuat baik, tolong menolong terhadap sesama manusia, seperti yang sudah di contohkan oleh baginda Rosulullah SAW. beliau pada semasa hidupnya, selalu membiri makan kepada seorang perempuan yahudi buta.
Rosulullah SAW. seringkali meluangkan waktunya untuk menemui seorang perempuan tua dari kalangan yahudi untuk memberikanya makanan, tidak hanya memberi makan saja, akan tetapi beliau mengunyahkan makanan yang akan diberikannya, karena seorang perempuan yahudi tua tersebut sudah tidak memiliki gigi, meskipun beliau sering di hina, di caci oleh perempuan yahudi tersebut, Rosulullah dengan Ikhlas dan ramah memberikan dan mengunyahkan kepada sosok perempuan tua yahudi tersebut.
Prilaku Rosulullah SAW. mengajarkan manusia untuk berbuat baik kepada siapapun, maka penulis mengajak kepada para pembaca untuk berbuat baik tanpa memandang suku, ras, agama dan gender. Bahkan jika dihina sekalipun balaslah dengan kebaikan, di hadirkannya sosok Muhammad SAW. di jazirah Arab khususnya di suku quroisy untuk menyelamatkan manusia dari kejahiliyahan agar supaya tidak ada manusia yang tertindas akibat dari manusia lainnya, terutama kepada kaum perempuan, semenjak hadirnya Islam, perempuan diangkat drajatnya.
Penulis merasa bahwa perempuan seringkali mendapatkan diskriminasi, perempuan memiliki hak yang sama seperti laki-laki karena sesama manusia antara lain: Pertama, perempuan berhak menjadi pemimpin di suatu kelompok karena perempuan juga memiliki ide dan gagasan. Kedua, perempuan berhak merasakan kebebasan, banyak sekali kekarasan rumah tangga, dan korbanya adalah perempuan pelakunya justru suami atau bahkan bapaknya, berapa banyak kasus mereka punya ayah atau suami tapi hanya secara fisik saja, tidak mendapatkan kasih sayang serta nafkah malah mendapatkan emosi yang menyakiti hati, seakan-akan perempuan adalah tempat untuk meluapkan emosi para laki-laki. Ketiga, perempuan berhak mengenyam pendidikan tinggi, karena kecerdasan seorang anak ialah turunan bagi ibunya, maka perlu sekali perempuan berhak merasakan pendidikan tinggi.
Mungkin sudah tidak asing lagi ketika mendengarkan kata feminisme, sebuah gerakan kesetaraan gender lahir dari kesadaran perempuan akibat penindasan dan sedikitnya hak yang diperoleh perempuan ketimbang laki-laki, tapi di era saat ini harus diakui bahwa posisi laki-laki dan perempuan sudah dianggap seimbang.
Feminisme sedang marak diperbincangkan di era sekarang ini, fenomena ini menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, tetapi justru menjadi perdebatan hingga munculnya pro kontra di kalangan masyarakat, ada yang menelan mentah serta menyandingkan agama melalui dalil-dalil, adapula yang menganggap feminisme merupakan gerakan yang harus diperjuangkan.
Hingga kini kata feminisme di mata sebagian orang masih dianggap abu-abu, bahkan yang seharusnya menjadi tombak keadilan gender malah salah sasaran serta menjadikan paham fanatik dan radikal, oleh karena itu penting dimurnikan kembali paham feminisme, sehingga menjadi atap dari sebuah kesetaraan dan keadilan, bukan hanya untuk perempuan, tapi juga untuk kaum laki-laki
Penulis mengajak para pembaca semuanya terkhusus laki-laki, agar selalu menjaga perempuan dengan sebaik-baiknya agar perintah Tuhan laki-laki sebagai pelindung wanita terrealisasikan secara universal, karena Islam sendiri lahir untuk membebaskan kaum-kaum tertindas.
*) Alumni S1 Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta