Opini

Kabar Gembira Dari Tuhan

2 Mins read

Sejuk.ID“Sampaikan pada jiwa yang bersedih, begitu dingin dunia yang kau huni. Jika tak ada tempatmu kembali, bawa lukamu biar aku obati.” Kutipan lagu yang dinyanyikan oleh salah satu penyanyi di tanah air, Ghea Indrawari tersebut seakan memberi penyadaran kepada kita para pendengarnya.

Lagu itu ditujukan kepada mereka yang sedang mengalami kecamuk dalam dunianya, melalui perjalanan hidup yang membuat berkali-kali menyeka air mata, bahkan menghadapi dunia yang memang dipenuhi dengan plottwist yang tidak terduga.

Ghea dalam lagu tersebut seolah memberi sebuah penguatan kepada siapapun yang mendengar bahwa dunia yang sedang kita huni kerap membuat kita bersedih, kejadian demi kejadian, peristiwa beralih peristiwa kerap menjadikan jiwa kita berantakan tak karuan. Akan tetapi, kabar gembira bagi kita terkhususnya umat Muslim, jauh sebelum lagu itu hadir sebagai bentuk motivasi dan suntikan semangat, ternyata Allah juga sudah memberikan atmosfir positif melalui firman-Nya.

Dalam surah Al-Imran ayat 139, Allah mengabarkan sebuah kabar gembira untuk umatNya yang sedang ditimpa kesedihan. Ayat tersebut mampu menjadi kekuatan bagi kita. Kehidupan ini tak selamanya indah. Senang dan duka datang silih berganti. Hal ini semakin meyakinkan hati untuk menilai kehidupan dunia ini adalah semu. Ya, kebahagiaan adalah hal yang semu, begitu pula dengan kesedihan.

Henry Manampiring dalam karyanya Filosofi Teras juga memberikan nasihat kepada para pembacanya, bahwa tidak ada situati yang terlalu berat sampai kita tidak mampu mengendalikan interpretasi pribadi. Bersedih itu valid, tidak masalah. Kalau kata Ghea, dalam lanjutan lagunya, kamu hanya perlu memberi waktu untuk bersandar sebentar.

“… Menangislah, kan kau juga manusia.” Lanjutan lagu Ghea Indrawati tersebut juga divalidasi oleh Allah dalam firmannya. Dalam Alquran surah An-Najm ayat 43 Allah menjelaskan bahwasanya Dialah yang menjadikan tertawa dan menangis. Hal yang perlu kita pahami sebagai manusia adalah menangis tidak selalu identik dengan cengeng, lemah, rapuh dan lain sebagainya.

Kesadaran kita perihal kesedihan mengingatkan bahwa kelemahan kita sebagai manusia, tidak lantas membuat kita kemudian berputus asa menghadapi masalah maupun kesedihan yang ada. Kita hanya butuh jeda, mengumpulkan sebanyak mungkin kekuatan. Nurun Ala dalam buku Jangan Dulu Patah menegaskan, pemahaman itu butuh jeda.

Masih ada waktu, masih tersedia ruang untuk bergerak dan mencoba. Masih ada kesempatan untuk mencobanya sekali lagi, atau mungkin beberapa kali. Jika dalam perjalanan, kita justru dihantam dinginnya dunia, maka satu hal yang perlu kita ingat dan pegang, kabar gembira dari Tuhan itu nyata.

Jika Nurun Ala dengan karyanya berjudul Tuhan Maha Romantis, maka sungguh, Allah memang seromantis itu. Bahkan Allah sendiri yang memvalidasinya dalam surah Al-Insyirah sebanyak dua kali, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Penulis : Renci

756 posts

About author
Pemuda yang senang belajar dan berbagi dengan sesama.
Articles
    Related posts
    OpiniPolitik

    Waspada “Kelompok Agamis” : Menggembosi Aksi Mengawal Demokrasi

    4 Mins read
    Opini

    Literasi di Era Scrolling: Menemukan Makna di Tengah Informasi

    4 Mins read
    OpiniPolitik

    Senja Demokrasi Dinasti Jokowi

    5 Mins read

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *