Sejuk.ID – Perkaderan atau kaderisasi merupakan ruh dan jantung organisasi yang senantiasa mengisi jiwa persyarikatan. Hal ini terlihat dari desain konstruksi dan infrastruktur Muhammadiyah yang telah dibuat sedemikian rupa dalam jalannya organisasi itu sendiri. Terdapat tiga komponen penggerak yakni pemimpin, kader dan anggota. Bagi Muhammadiyah, kader merupakan bagian inti dari anggota yang berperan sebagai anak panah gerakan Muhammadiyah dan mampu menjalankan amanah yang telah diberikan.
IMM sebagai organisasi mahasiswa sekaligus organisasi kader memiliki tiga komponen perkaderan yakni perkaderan utama, perkaderan khusus dan perkadaran pendukung. Pandemi yang sudah hampir dua tahun berlangsung sangat mempengaruhi berbagai sendi-sendi perkaderan, termasuk IMM itu sendiri. Maka pasca adanya pelonggaran dari adanya pandemi covid-19, IMM di berbagai daerah pun berlomba-lomba menyelenggarakan kegiatan termasuk kegiatan perkaderan.
Salah satunya kegiatan Pelatihan Instruktur Madya (PIM) yang diselenggarakan langsung oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Timur. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Rabu-Ahad (2-6/11/2022) yang bertempatan di Gedung UPT Peningkatan Tenaga Kesejahteraan Sosial (Unit Development of Social Welfare Workers) Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.
Adapun peserta yang mengikuti kegiatan Pelatihan Instruktur Madya (PIM) tersebut berjumlah 35 kader. Diantaranya berasal dari berbagai daerah, Kabupaten, Kota dan Provinsi di seluruh Indonesia. Yang terdiri dari kader IMM Malang Raya, Tulungagung, Jombang, Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Lamongan, Bangkalan, Ngawi, Maros, Sukoharjo, Cirendeu, Jakarta Selatan, Bukittinggi, Selayar, Jakarta Timur, Kota Metro, Sorong, Tangerang, dan Banjarbaru.
Adapun tema pada kegiatan pengkaderan ini adalah “Nawasena Pengkaderan” yang memiliki arti masa depan yang cerah dan lebih baik lagi untuk sistem perkaderan IMM di tingkat madya.
Pada kegiatan Pelatihan Instruktur Madya (PIM) ini mencakup 6 materi yang disampaikan kepada para peserta PIM DPD IMM Jawa Timur. Diantaranya yaitu Pengkaderan Muhammadiyah, Studi Pengkaderan Ormek, Ideologi IMM, Psikologi Kader, Design Thinking, dan Monev. Dan terdapat 4 workshop yaitu Kode Etik dan SOP Instruktur, Analisisa SDM (Sumber Daya Manusia), Inovasi Pengkaderan dan Monev.
Immawan Fajri Asy-Syami atau biasa disapa Fajri sebagai salah satu peserta yang mengikuti kegiatan perkaderan PIM DPD IMM Jawa Timur yang berasal dari PK IMM Cabang Bukittinggi, Provinsi Sumatera barat. Ia saat ini menjabat sebagai ketua umum di Pimpinan Komisariat Ahmad Cabang Bukittinggi, Sumatera Barat.
Immawan Fajri menyampaikan tujuannya mengikuti kegiatan perkaderan PIM ini. “Tujuan saya mengikuti kegiatan perkaderan PIM ini adalah untuk menyiapkan diri saya agar lebih memantaskan diri dalam mendidik ummat, generasi, persyarikatan dan bangsa,” ungkapnya.
Dari keenam materi yang diberikan oleh pemateri, Immawan Fajri menyampaikan tentang materi yang paling dikuasai dalam kegiatan tersebut. “Materi yang saya kuasai dan saya sukai adalah materi tentang Psikologi Perkaderan, sebab dari materi inilah kita lebih dituntut untuk mengenali diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita mengenal diri orang lain,” ujarnya.
Kemudian Immawan Fajri juga menyampaikan kesan dan pesannya selama mengikuti kegiatan perkaderan PIM ini. “Kesan saya sangat luar biasa. Bagaimana tidak, saya dihadapkan dengan kader-kader terbaik ikatan yang memilih jalan sunyi sebagai jalan Perjuangan. Merekalah para kader persyarikatan,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menambahkan “Semoga Allah tidak hanya mempertemukan kami di dunia-Nya melainkan di Jannah-Nya. Sebagai bukti jalan perjuangan, kedua tangan, sepuluh jari dirapatkan sebagai bukti. Terimakasih tak terhingga untuk seluruh jajaran yang terlibat dan para Instruktur yang telah menyediakan ruang dan kebutuhan kami selama mengikuti kegiatan pengkaderan ini,” ujarnya.
“Ikatan ini bukanlah perkumpulan para malaikat, melainkan perkumpulan manusia-manusia biasa. Jadi, jika ada salah dan khilaf mohonlah dimaafkan dan segera diselesaikan. Bukan malah ditinggalkan, tumbuh suburlah hal-hal baik. Isykariman Aumut Syahidan, Hidup mulia atau mati dijalan Perjuangan,” pungkasnya. (Septi Sartika)