Pendidikan

Agha Bimuka, Satu-satunya Siswa SD yang Tembus Seleksi Ketat Penulis Terbaik se-Jawa Timur

3 Mins read

SEJUK.ID – Di tengah ketatnya persaingan penulis berbakat dari seluruh Jawa Timur, seorang bocah asal Pasuruan berhasil menorehkan prestasi luar biasa. Ia membuktikan bahwa usia muda bukanlah penghalang untuk berkarya dan bersaing di level tinggi. Keberhasilannya menembus jajaran penulis dewasa bukan hanya menjadi bukti kemampuan literasi anak Pasuruan, tetapi juga menunjukkan bahwa regenerasi penulis konten budaya lokal semakin terbuka lebar bagi generasi muda. Prestasi ini menjadi harapan baru dalam menjaga dan melestarikan kearifan lokal melalui tulisan yang orisinal dan berkualitas.

Muhammad Agha Bimuka, siswa kelas 5 SDIT Bina Insan Cendekia asal Pasuruan, telah mengukir berbagai prestasi membanggakan sejak dini. Selain menjadi pemenang Duta Baca Remaja Jawa Timur 2024 dan meraih juara II dalam lomba esai gagasan kreatif tingkat nasional bertema “Sekolahku 12 Tahun Mendatang” yang diikuti lebih dari 600 peserta, Agha juga telah menerbitkan buku antologi bersama penulis lain berjudul Terkata Pena: Terbangkan Kata, Taburkan Pengetahuan. Kiprahnya menunjukkan bahwa dengan bakat dan kegigihan, seorang anak muda bisa berbicara lewat karya tulis dan memberi warna baru bagi dunia literasi di Indonesia.

Persaingan dalam ajang penulisan lokal terbaik tingkat Jawa Timur selalu berlangsung sangat ketat. Tahun ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur menyelenggarakan seleksi yang diikuti oleh sekitar 500 penulis dari berbagai daerah—baik pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum—yang memiliki minat besar pada dunia literasi dan budaya lokal. Dari ratusan naskah yang masuk, hanya 75 karya terbaik yang terpilih untuk mengikuti bimbingan teknis (bimtek) penulisan berbasis konten budaya lokal.

Dalam seleksi tersebut, Agha Bimuka tampil sebagai satu-satunya siswa SD yang berhasil masuk jajaran penulis terbaik. Keberhasilannya ini tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi dan keluarga, tetapi juga menjadi bukti bahwa kualitas karya dan kreativitas anak-anak dapat bersaing setara dengan para penulis dewasa. Prestasi Agha menjadi simbol bahwa literasi anak memiliki tempat penting dalam upaya pelestarian kearifan lokal dan pengembangan budaya baca di Jawa Timur.

Bagi Agha, literasi bukan sekadar kegiatan membaca dan menulis—tetapi cara untuk memahami, menghargai, dan menjaga warisan budaya. Saat tampil di panggung final Duta Baca Jawa Timur, ia tidak hanya membawa naskah yang ia tulis, tetapi juga identitasnya sebagai anak Pasuruan. Ia mengenakan batik khas Terbang Bandung—bukan sebagai kostum perlombaan, melainkan sebagai simbol semangat dan cerita yang ingin ia sampaikan kepada dunia.

Dengan kata-kata yang jernih dan tulus, Agha menjelaskan bagaimana motif batik dapat berbicara layaknya buku yang terbuka: sarat makna, sejarah, dan filosofi. Ia menyampaikan bahwa mengenakan batik adalah bagian dari literasi budaya—cara menyuarakan nilai-nilai dalam warisan nenek moyang dan menjadikan budaya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Melalui cerita dan penampilannya yang penuh makna, Agha membuktikan bahwa literasi dapat diwujudkan melalui banyak cara: membaca, menulis, mendongeng, hingga mengenakan selembar kain yang menyimpan filosofi kehidupan. Ia menjadi jembatan antara buku dan budaya, antara pengetahuan dan kearifan lokal, serta mengajak anak-anak seusianya mencintai buku sambil bangga terhadap akar budayanya.

Dalam setiap langkahnya, Agha membawa misi yang lebih besar: memperkenalkan bahwa membaca bukan hanya untuk menjadi cerdas, tetapi juga untuk menyadari dari mana kita berasal dan ke mana kita ingin melangkah.

Kiprah Agha menjadi contoh nyata bagaimana generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang menghubungkan literasi dengan pelestarian budaya. Dengan semangatnya, ia mendorong komunitasnya untuk terus melestarikan batik khas Pasuruan dan mengangkat cerita-cerita lokal sebagai bagian penting dari warisan bangsa yang harus dirawat dan diwariskan.

Perjalanan Agha tidak selalu mudah. Sebagai siswa SD yang harus membagi waktu antara sekolah, belajar, dan aktivitas di dunia literasi, Agha kerap menghadapi tantangan seperti keterbatasan waktu dan sumber daya. Namun, semangat yang kuat serta dukungan dari keluarga dan guru membuatnya terus maju tanpa menyerah. Ia percaya bahwa setiap kata yang ditulis adalah langkah kecil menuju mimpi besar.

Motivasi terbesar Agha berasal dari keinginannya untuk menginspirasi teman-teman dan anak-anak lainnya agar gemar membaca dan menulis. Baginya, literasi adalah jendela dunia yang mampu membuka wawasan dan memperkaya jiwa. Dengan terus berkarya, Agha berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam memajukan budaya baca di kalangan anak-anak dan menjaga kearifan lokal agar tetap hidup di tengah perkembangan zaman.

“Aku hanya anak kecil berusia sebelas tahun,
tapi hari ini aku berdiri di forum besar,
membawa batik dari kotaku dan cerita dari hatiku.”

Perjalanan Agha menuju panggung literasi Jawa Timur bukanlah langkah yang ia tempuh sendirian. Di balik keberaniannya berdiri sebagai satu-satunya siswa SD di antara penulis terpilih se-Jawa Timur, ada banyak tangan yang menopang, mata yang mendoakan, dan hati yang percaya bahwa suara anak-anak pun bisa membawa pesan besar bagi dunia. (*)

923 posts

About author
Penulis buku Dahsyatnya Surah Yusuf: Strategi Hidup dari Seorang Nabi (2025), Kenapa Harus Berubah? Karena Tuhan Sesayang Itu (2024), dan Luwesitas IMM (2023). Akun IG : @fattfaris_.
Articles
    Related posts
    Pendidikan

    Sebuah Pesan Singkat dari Prof. Jamhari: Jadilah Kritis, Berkembang, dan Jangan Mensakralkan Sesuatu yang Tidak Sakral

    3 Mins read
    Pendidikan

    Panduan Lengkap Sertifikasi BNSP: Harga, Proses, dan Tips Lulus Uji Kompetensi

    3 Mins read
    Pendidikan

    Siti Rahma Nadya Novitasari, Satu-satunya Pelajar dari Lamongan yang Artikelnya Masuk 75 Besar Kepenulisan Berbasis Konten Lokal Jawa Timur

    3 Mins read

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *