Sejuk.ID – Tujuan hidup manusia dapat sangat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Meskipun beberapa orang mungkin menginginkan kekayaan, menjadi dokter, menjadi terkenal, atau direktur perusahaan, penting untuk diingat bahwa tujuan hidup yang lebih dalam dan bermakna dapat membawa kebahagiaan jangka panjang.
Dalam hidup, manusia memiliki dua jenis tujuan yakni: tujuan jangka pendek yang bisa dicapai dalam waktu tertentu, seperti pencapaian akademik atau membeli sesuatu yang diidamkan, serta tujuan jangka panjang yang melibatkan kebahagiaan, kesejahteraan, cinta, dan kontribusi positif kepada masyarakat. Tujuan jangka panjang ini memberikan makna dan arah dalam hidup, sementara tujuan jangka pendek memberikan motivasi sehari-hari.
Kebahagiaan sebenarnya merupakan hal yang sangat personal dan terkait erat dengan apa yang paling bermakna bagi setiap individu. Ini melibatkan pengalaman hidup secara otentik sebagai diri sendiri, di mana seseorang mampu mengenal dan menghargai nilai-nilai, minat, tujuan, dan identitas yang sesuai dengan dirinya sendiri. Dalam pencarian kebahagiaan, sangat penting untuk tidak hanya fokus pada memenuhi harapan dan keinginan orang lain, tetapi juga memperhatikan dan menghormati diri kita sendiri.
Menjadi diri yang otentik juga melibatkan kemampuan untuk menentukan jati diri melalui pengambilan keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab terhadap tujuan hidup yang diinginkan. Aristoteles juga mengemukakan bahwa, menjadi diri sendiri secara otentik melibatkan kesadaran akan bakat yang dimiliki dan pengembangannya. Dalam proses ini, individu meraih kebahagiaan dengan hidup sesuai dengan potensi dan kemampuan mereka, mengarah pada kepuasan dan pemenuhan yang lebih mendalam.
Langkah Menuju Kepribadian Otentik
Menurut perspektif eksistensialis, sikap berani dalam memutuskan dan bertanggung jawab terhadap hidup serta masa depan diri sendiri adalah langkah penting dalam mencapai kepribadian yang otentik. Dalam proses ini, individu mengambil kendali atas hidupnya dengan penuh keberanian dan kesadaran. Dengan menghadapi tantangan dan ketidakpastian, mereka menentukan arah hidup mereka sendiri, menjalani nilai-nilai yang mereka yakini, dan mengejar tujuan yang autentik.
Rasa takut untuk mengambil keputusan adalah salah satu faktor yang menghambat seseorang dalam mencapai keotentikan. Orang sering kali takut mengambil risiko dan bertanggung jawab atas konsekuensi keputusan yang diambil. Akibatnya, mereka cenderung nyaman dengan keadaan ketidakpastian dan enggan untuk membuat keputusan yang tegas.
Dalam menghadapi tekanan sosial dan pengaruh ideologi, penting bagi kita untuk mempertahankan keseimbangan antara penerimaan terhadap pandangan orang lain dan kesetiaan pada nilai-nilai dan aspirasi pribadi kita. Dengan mengintegrasikan pengaruh positif dari lingkungan sosial dan ideologi dengan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri, kita dapat membangun jalan hidup yang autentik dan bermakna.
Mencapai Keseimbangan dan Kebahagiaan
Otentisitas diri tidak sama dengan pemuasan hasrat. Otentisitas diri mengacu pada keadaan di mana seseorang hidup secara konsisten dengan nilai-nilai, tujuan, dan identitas yang sesuai dengan diri mereka. Hal ini melibatkan kesadaran diri yang mendalam, pengambilan keputusan yang berdasarkan pada integritas pribadi, dan kejujuran dalam mengekspresikan diri.
Hasrat, di sisi lain dapat merujuk pada keinginan yang kuat untuk mencapai atau memperoleh sesuatu yang diinginkan. Meskipun pemuasan hasrat tertentu dapat memberikan kepuasan sementara, upaya pemuasan hasrat yang berlebihan atau tanpa pertimbangan yang bijaksana justru dapat berdampak negatif terhadap kebahagiaan jangka panjang.
Epikuros, seorang filsuf Yunani kuno, Dia berpendapat bahwa pemuasan hasrat yang berlebihan justru akan menjauhkan kita dari kebahagiaan. Menurut pandangan Epikuros, hidup bahagia adalah hidup yang seimbang, di mana kita tidak terlalu tergantung pada pemuasan hasrat yang berlebihan, tetapi hidup dengan cukup dan memperhatikan keseimbangan serta kepuasan dalam kehidupan secara menyeluruh.
Tantangan dan Peluang Otentisitas Diri
Hidup sosial adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita dan merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari. Kita terlibat dalam interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar kita, dan hal ini mempengaruhi cara kita memandang diri dan dunia.
Tuntutan sosial dapat menghalangi otentisitas diri ketika kita merasa terpaksa atau ditekan untuk memenuhi harapan dan norma-norma yang ditetapkan oleh orang lain. Contohnya, ketika kita memilih jurusan kuliah hanya karena tekanan orang tua tanpa mempertimbangkan minat dan keinginan pribadi. Dalam hal ini, tuntutan sosial dapat membatasi kemampuan kita untuk bertanggung jawab terhadap hidup kita sendiri dan menghalangi perkembangan diri yang otentik.
Tuntutan sosial juga dapat memperkaya otentisitas diri. Interaksi dengan orang lain, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan dapat membantu dalam proses pembentukan identitas yang autentik dan dewasa. Melalui pengalaman sosial, kita dapat belajar mengenali diri sendiri, mengeksplorasi minat dan nilai-nilai yang penting bagi kita, serta memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang dunia di sekitar kita.
Charles Guignon menegaskan bahwa, refleksi terhadap jati diri adalah langkah awal yang penting dalam mengembangkan kehidupan yang autentik. Dengan memahami dan menghargai hasrat, passion, keinginan, dan cita-cita individu, seseorang dapat mengekspresikan diri dengan integritas dan konsistensi. Proses ini tidak hanya memberikan kepuasan pribadi, tetapi juga memungkinkan individu untuk berkontribusi secara positif dalam masyarakat yang lebih luas.
Penulis: Very Dwi Setiawan (Kader IMM Riau)